G20 Indonesia
BI: Pengguna QRIS terus bertambah jadi 19 juta pedagang
16 Juli 2022 13:12 WIB
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia bertajuk " Digital Finance to Support Financial Inclusion" di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/07/2022). ANTARA/Agatha Olivia Victoria.
Badung, Bali (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) terus bertambah mencapai lebih dari 19 juta merchant atau pedagang sejak diluncurkan pada 17 Agustus 2019 hingga saat ini.
Dari jumlah tersebut, sekitar 90 persen merupakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dengan menggunakan QRIS, pembayaran akan jauh lebih mudah, murah, cepat, sehingga menguntungkan serta memberikan manfaat bagi semua pihak, bagi pedagang maupun konsumen.
"QRIS adalah salah satu dari banyak inisiatif yang telah kami ambil untuk mempromosikan inklusi keuangan," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia bertajuk " Digital Finance to Support Financial Inclusion" di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu.
Baca juga: BI : Sistem pembayaran jadi tulang punggung ekonomi digital
BI, tegas dia, selalu siap mendukung inklusi keuangan, yang dimulai dengan keberadaan sistem pembayaran Indonesia, yakni cetak biru 2025 untuk membuka akses bagi jutaan orang yang masih tak terjangkau oleh bank dan UMKM melalui digitalisasi.
Pada era ini, digitalisasi sistem pembayaran terbukti menjadi game changer. Sistem pembayaran juga menjadi tulang punggung bagi terbentuknya ekosistem ekonomi baru yang disebut ekosistem ekonomi digital dan keuangan.
Menurut Destry, ekonomi dan keuangan digital akan saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain. Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi sistem pembayaran yang didorong oleh teknologi telah mengarah pada penciptaan opsi ekonomi.
"Penciptaan opsi ekonomi ini terjadi melalui model bisnis baru, pemain baru, transformasi perilaku konsumen, lanskap ekonomi, dan keuangan," tuturnya.
Baca juga: Ekonom : QRIS bisa paksa negara lain ikut sistem perbankan Indonesia
Selain itu, lanjut dia, evolusi pembayaran melalui digitalisasi telah membawa peluang baru, meminimalkan hambatan, dan menurunkan biaya transaksi.
Alhasil, layanan keuangan menjadi lebih terjangkau, mudah diakses, dan inklusif, termasuk saat ini populasi yang tidak terjangkau perbankan dan segmen UMKM yang sebelumnya kurang mengenal keuangan dan teknologi.
Dengan semakin luasnya akses, ia menegaskan setiap pelaku ekonomi memperoleh kesempatan yang lebih setara untuk berkembang dan kreatif dalam pertumbuhan yang lebih inklusif.
"Karena adanya teknologi, digitalisasi, dan marketplace, sesuatu yang dulu mungkin tidak bisa terjadi, sekarang sudah terjadi," ungkap Destry.
Dari jumlah tersebut, sekitar 90 persen merupakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dengan menggunakan QRIS, pembayaran akan jauh lebih mudah, murah, cepat, sehingga menguntungkan serta memberikan manfaat bagi semua pihak, bagi pedagang maupun konsumen.
"QRIS adalah salah satu dari banyak inisiatif yang telah kami ambil untuk mempromosikan inklusi keuangan," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia bertajuk " Digital Finance to Support Financial Inclusion" di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu.
Baca juga: BI : Sistem pembayaran jadi tulang punggung ekonomi digital
BI, tegas dia, selalu siap mendukung inklusi keuangan, yang dimulai dengan keberadaan sistem pembayaran Indonesia, yakni cetak biru 2025 untuk membuka akses bagi jutaan orang yang masih tak terjangkau oleh bank dan UMKM melalui digitalisasi.
Pada era ini, digitalisasi sistem pembayaran terbukti menjadi game changer. Sistem pembayaran juga menjadi tulang punggung bagi terbentuknya ekosistem ekonomi baru yang disebut ekosistem ekonomi digital dan keuangan.
Menurut Destry, ekonomi dan keuangan digital akan saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain. Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi sistem pembayaran yang didorong oleh teknologi telah mengarah pada penciptaan opsi ekonomi.
"Penciptaan opsi ekonomi ini terjadi melalui model bisnis baru, pemain baru, transformasi perilaku konsumen, lanskap ekonomi, dan keuangan," tuturnya.
Baca juga: Ekonom : QRIS bisa paksa negara lain ikut sistem perbankan Indonesia
Selain itu, lanjut dia, evolusi pembayaran melalui digitalisasi telah membawa peluang baru, meminimalkan hambatan, dan menurunkan biaya transaksi.
Alhasil, layanan keuangan menjadi lebih terjangkau, mudah diakses, dan inklusif, termasuk saat ini populasi yang tidak terjangkau perbankan dan segmen UMKM yang sebelumnya kurang mengenal keuangan dan teknologi.
Dengan semakin luasnya akses, ia menegaskan setiap pelaku ekonomi memperoleh kesempatan yang lebih setara untuk berkembang dan kreatif dalam pertumbuhan yang lebih inklusif.
"Karena adanya teknologi, digitalisasi, dan marketplace, sesuatu yang dulu mungkin tidak bisa terjadi, sekarang sudah terjadi," ungkap Destry.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: