Studi: Omicron BA.5 empat kali lebih resistan terhadap vaksin COVID-19
16 Juli 2022 09:23 WIB
Warga yang belum menjalani vaksinasi COVID-19 berpeluang lima kali lipat terjangkit varian BA.5 dibandingkan mereka yang sudah divaksin dan mendapatkan suntikan penguat (booster), sementara potensi rawat inap mencapai 7,5 kali lebih tinggi dan peluang kematian tercatat 14 hingga 15 kali lebih tinggi, kata seorang peneliti.
Los Angeles (ANTARA) - Subvarian Omicron BA.5, yang saat ini menjadi galur (strain) virus corona dominan di Amerika Serikat (AS), empat kali lebih resistan terhadap vaksin COVID-19, menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Studi itu menemukan bahwa varian tersebut empat kali lebih resistan terhadap vaksin messenger RNA (mRNA) dibandingkan sejumlah galur Omicron sebelumnya, yang mencakup vaksin COVID-19 produksi Pfizer dan Moderna.
Galur itu "sangat mudah menular (hypercontagious)" dan berkontribusi dalam peningkatan rawat inap dan penerimaan ICU, kata Mayo Clinic dalam sebuah laporan pada Kamis (14/7).
Galur BA.5 mewakili 65 persen jumlah kasus COVID-19 di AS dalam pekan yang berakhir pada 9 Juli, menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Warga yang belum menjalani vaksinasi berpeluang lima kali lebih tinggi terjangkit virus itu dibandingkan mereka yang sudah divaksin dan mendapatkan suntikan penguat (booster), sementara potensi rawat inap mencapai 7,5 kali lebih tinggi dan peluang kematian tercatat 14 hingga 15 kali lebih tinggi, papar Kepala Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic Dr. Gregory Poland.
Studi itu menemukan bahwa varian tersebut empat kali lebih resistan terhadap vaksin messenger RNA (mRNA) dibandingkan sejumlah galur Omicron sebelumnya, yang mencakup vaksin COVID-19 produksi Pfizer dan Moderna.
Galur itu "sangat mudah menular (hypercontagious)" dan berkontribusi dalam peningkatan rawat inap dan penerimaan ICU, kata Mayo Clinic dalam sebuah laporan pada Kamis (14/7).
Galur BA.5 mewakili 65 persen jumlah kasus COVID-19 di AS dalam pekan yang berakhir pada 9 Juli, menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Warga yang belum menjalani vaksinasi berpeluang lima kali lebih tinggi terjangkit virus itu dibandingkan mereka yang sudah divaksin dan mendapatkan suntikan penguat (booster), sementara potensi rawat inap mencapai 7,5 kali lebih tinggi dan peluang kematian tercatat 14 hingga 15 kali lebih tinggi, papar Kepala Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic Dr. Gregory Poland.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: