PM Italia ajukan mundur, tapi ditolak oleh presiden
15 Juli 2022 12:12 WIB
Perdana Menteri Italia Mario Draghi berfoto dengan Presiden Indonesia Joko Widodo saat ia tiba untuk Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane/rwa/cfo.
Roma (ANTARA) - Presiden Italia Sergio Mattarella menolak pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi pada Kamis (14/7), setelah drama politik berlangsung seharian.
Kekisruhan politik itu bisa membuat pemerintahan persatuan nasional jatuh setelah mereka berkuasa kurang dari 18 bulan.
Draghi pada Kamis mengumumkan akan mundur setelah partai koalisi Gerakan Bintang 5 tidak berhasil menopang dia dalam pemungutan suara soal kepercayaan terhadap rencananya menangani lonjakan harga berbagai kebutuhan.
"Koalisi persatuan nasional pendukung pemerintahan ini sudah tak ada lagi," katanya.
Baca juga: Kasus baru COVID-19 di Italia tembus 100.000 dua hari berturut-turut
Draghi (74), yang adalah mantan kepala Bank Sentral Eropa (ECB), menjabat perdana menteri sejak Februari 2021.
Ia sudah mendatangi Istana Quirinale di Roma untuk bertemu dengan Mattarella --penengah utama dalam politik Italia-- dan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada sang presiden.
Namun, Mattarella mendesaknya agar mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.
Mattarella meminta Draghi untuk berbicara dengan parlemen guna mendapat gambaran yang lebih jelas soal situasi politik.
Draghi diperkirakan akan muncul di parlemen Rabu depan (20/7).
Sebelum itu, ia kemungkinan akan melanjutkan rencana untuk mengunjungi Aljazair, negara penting pemasok gas, pada Senin (18/7) dan Selasa (19/7), kata beberapa sumber di kalangan politik.
Baca juga: Italia umumkan status darurat hadapi kekeringan
Ada beberapa pilihan yang bisa diambil Presiden Mattarella (81 tahun) dalam menyikapi pengunduran diri Draghi.
Ia bisa berupaya membujuk Draghi untuk membentuk pemerintahan baru, mencari pemimpin sementara yang akan membimbing Italia menuju pemilihan tahun depan, atau menyelenggarakan pemilihan dini.
Partai-partai politik Italia mengalami perpecahan menyangkut berbagai masalah, seperti lonjakan biaya hidup serta langkah untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Perpecahan itu memburuk terkait pendekatan menjelang pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada semester pertama 2023.
Draghi, yang adalah perdana menteri keenam Italia dalam satu dasawarsa terakhir ini, dipuji atas langkah-langkahnya membantu mengarahkan Italia dalam menangani krisis akibat virus corona.
Sosoknya juga telah membantu Italia memiliki lebih banyak pengaruh di panggung internasional.
Sumber: Reuters
Baca juga: Popasna di Ukraina berubah jadi kota hantu setelah diduduki Rusia
Baca juga: Menkeu AS bakal desak G20 tetapkan pagu harga untuk minyak Rusia
Kekisruhan politik itu bisa membuat pemerintahan persatuan nasional jatuh setelah mereka berkuasa kurang dari 18 bulan.
Draghi pada Kamis mengumumkan akan mundur setelah partai koalisi Gerakan Bintang 5 tidak berhasil menopang dia dalam pemungutan suara soal kepercayaan terhadap rencananya menangani lonjakan harga berbagai kebutuhan.
"Koalisi persatuan nasional pendukung pemerintahan ini sudah tak ada lagi," katanya.
Baca juga: Kasus baru COVID-19 di Italia tembus 100.000 dua hari berturut-turut
Draghi (74), yang adalah mantan kepala Bank Sentral Eropa (ECB), menjabat perdana menteri sejak Februari 2021.
Ia sudah mendatangi Istana Quirinale di Roma untuk bertemu dengan Mattarella --penengah utama dalam politik Italia-- dan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada sang presiden.
Namun, Mattarella mendesaknya agar mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.
Mattarella meminta Draghi untuk berbicara dengan parlemen guna mendapat gambaran yang lebih jelas soal situasi politik.
Draghi diperkirakan akan muncul di parlemen Rabu depan (20/7).
Sebelum itu, ia kemungkinan akan melanjutkan rencana untuk mengunjungi Aljazair, negara penting pemasok gas, pada Senin (18/7) dan Selasa (19/7), kata beberapa sumber di kalangan politik.
Baca juga: Italia umumkan status darurat hadapi kekeringan
Ada beberapa pilihan yang bisa diambil Presiden Mattarella (81 tahun) dalam menyikapi pengunduran diri Draghi.
Ia bisa berupaya membujuk Draghi untuk membentuk pemerintahan baru, mencari pemimpin sementara yang akan membimbing Italia menuju pemilihan tahun depan, atau menyelenggarakan pemilihan dini.
Partai-partai politik Italia mengalami perpecahan menyangkut berbagai masalah, seperti lonjakan biaya hidup serta langkah untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Perpecahan itu memburuk terkait pendekatan menjelang pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada semester pertama 2023.
Draghi, yang adalah perdana menteri keenam Italia dalam satu dasawarsa terakhir ini, dipuji atas langkah-langkahnya membantu mengarahkan Italia dalam menangani krisis akibat virus corona.
Sosoknya juga telah membantu Italia memiliki lebih banyak pengaruh di panggung internasional.
Sumber: Reuters
Baca juga: Popasna di Ukraina berubah jadi kota hantu setelah diduduki Rusia
Baca juga: Menkeu AS bakal desak G20 tetapkan pagu harga untuk minyak Rusia
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022
Tags: