Jakarta (ANTARA) - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan (PDIP) menggelorakan Gerakan Indonesia Berdaulat di bidang pangan, salah satunya kebutuhan daging sapi melalui penggemukan bibit unggul sapi bali.

"Mari kita canangkan Indonesia Berdaulat bidang pangan dengan mencukupi kebutuhan daging untuk rakyat yang kita kembangkan sendiri. Bagaimana dengan penggemukan sapi ini, Indonesia makin berdaulat di bidang pangan dan sekaligus menggelorakan perekonomian rakyat," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan secara hybrid dengan tema Penggemukan Sapi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan, Kamis.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengikuti acara tersebut secara daring. Hasto hadir di Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat bersama Wakil Bendahara Umum Rudianto Tjen, dan para Ketua DPP PDIP di antaranya Mindo Sianipar, Ahmad Basarah, dan Wiryanti Sukamdani.

Hasto menyampaikan, Megawati sudah memerintahkan seluruh Tiga Pilar Partai mendorong agar menanam tanaman pendamping beras.

"Nah kini, PDIP akan memperjuangkan kedaulatan pangan dengan menyediakan daging sapi terjangkau untuk rakyat," katanya dalam siaran persnya.

PDIP menemukan bahwa spesies sapi bali ternyata bagus karena merupakan perpaduan banteng dan sapi jawa. Salah satu keunggulannya adalah bisa beranak hingga 17 kali, terbanyak dari ras sapi mana pun.

"PDI Perjuangan melihat inilah wujud berpolitik bagi kami itu adalah turun ke bawah dan membawa program konkrit untuk rakyat. Maka dengan acara FGD ini, partai bergerak memberikan jawaban ke rakyat," katanya.

Hasto akan mendorong kepala daerah dari PDIP mengembangkan sapi bali ini dengan cara modern, namun menjaga kemurniannya. Salah satu caranya adalah mendorong para kepala daerah itu segera mendirikan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brinda) di wilayah masing-masing.

Nantinya kantor riset itu yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat untuk makin memperdalam langkah serta cara pengembangan pangan ini.

"Sehingga pada G20 nanti sapi Bali bisa 'going global'. Jadi kita jangan bangga kalau masih impor sapi dari Australia dan India. Namun bagaimana nanti kita ekspor daging sapi bali, yang bisa dikembangkan di seluruh wilayah di Indonesia, menggerakkan ekonomi rakyat mengedepankan riset dan inovasi," ujar Hasto.

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP I Nyoman Parta mengatakan, Indonesia mengalami defisit daging sapi karena kebutuhan daging Indonesia itu 706.388 ton, sementara produksi nasional mencapai 436.704 ton. Sehingga, impor daging sapi 2022 mencapai 266.065 ton.

"Nah, sapi bali ini memiliki banyak kelebihan. Dari bisa hidup di berbagai iklim, bisa makan apa saja, bisa beranak sampai 17 kali, kualitas daging kelas I sebanyak 53 persen, kandungan buliran lemak yang membuat aromanya baik, dan sapi bali terkenal pintar," ujarnya.

Masalahnya, kata dia, selama ini pengembangan sapi bali terhambat, salah satunya karena standar para chef Indonesia justru adalah standar daging sapi negara lain. Dagingnya kerap dianggap keras.

Oleh karena itu, Nyoman meminta Pemerintah agar turun tangan mengatasi hal ini. Mulai dari mengontrol bibit sapi, memberi pelatihan, disyaratkannya hotel dan restoran memakai daging lokal, dan yang terutama mendorong riset dan pengembangan daging lokal.

"Riset dan inovasi, serta pelatihan rakyat adalah salah satu kuncinya," kata Nyoman Parta.

Ketua DPP PDIP Bidang Koperasi dan UMKM Mindo Sianipar mengatakan pihaknya siap membantu warga masyarakat yang tertarik mengembangkan penggemukan sapi bali.

PDIP siap memberi bantuan konsultasi khususnya terkait skala ekonomi program itu.

"Peternakan sapi ini tentu ada skala ekonominya, sehingga ada cara-cara gotong royong rakyat untuk bisa melaksanakan program penggemukan ini. Silakan hubungi kantor PDI Perjuangan Bidang Kerakyatan," kata Mindo.
Baca juga: Rakernas II PDIP: Pangan sebagai pilar kedaulatan perekonomian negara
Baca juga: Legislator minta pemerintah serius antisipasi krisis pangan