Jakarta (ANTARA) - Managing Director APAC Thought Machine Nick Wilde menilai, industri perbankan, baik pemain lama maupun pendatang baru, perlu terus memodernisasi teknologinya menjadi lebih digital agar terus eksis dalam persaingan layanan keuangan.

Melalui digitalisasi, selain kebutuhan nasabah terpenuhi, biaya operasional bagi setiap bank bisa semakin ditekan dan efisien.

Dalam keterangan di Jakarta, Kamis, Nick mengatakan tidak memungkiri bahwa modernisasi perbankan memerlukan investasi yang tidak sedikit, namun setiap bank memang memerlukan komitmen untuk terus melakukan modernisasi digital pada semua proses bisnisnya agar bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Baca juga: Ekonom : QRIS bisa paksa negara lain ikut sistem perbankan Indonesia

"Bank-bank saat ini saya pikir tengah mengalami persaingan ketat dengan berevolusinya platform ekonomi (GoTo, Bukalapak, Apple, dan lainnya). Kita juga bisa melihat bahwa ketika modernisasi sudah dilakukan biaya operasional (sistem digital) akan jauh lebih rendah daripada legacy," ujar Nick.

Perkembangan digitalisasi yang semakin pesat dinilai semakin membuka berbagai peluang dan inovasi bagi industri jasa keuangan.

Dalam hal ini, Chief Sales and Marketing Officer Soluix Finteknologi Indonesia Eryco Putra mengatakan, terdapat peluang bagi perbankan untuk membuka diri dan menawarkan berbagai inovasi layanan keuangan, atau banking as a service.

Banking as a service sendiri adalah sebuah istilah bagi bank digital dan pihak ketiga lainnya untuk bisa terhubung dengan sistem perbankan secara langsung melalui Application Programming Interface (API).

Dengan demikian, bank maupun pihak ketiga bisa membangun penawaran layanan di atas infrastruktur yang telah diatur oleh penyedia layanan.

"Opportunity ke depan akan semakin banyak. Misalnya saja Social Commerce (Social Media E-commerce) yang membawa peluang tidak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada bank. Bagaimana bank bisa menawarkan solusi (layanan keuangan) yang mudah kepada influencer, pembuat konten, dan SME," ujar Eryco.

Baca juga: Indef: Kebijakan OJK efisienkan kinerja perbankan

Untuk melakukan hal ini, ia menyarankan perbankan tidak terpaku pada sistem bisnis turunan (legacy) yang belum tentu bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Modernisasi pada teknologi, SDM dan proses bisnis perbankan diperlukan untuk menjalankan banking as a service. Meski demikian, kata dia, biaya untuk melakukan investasi pada modernisasi tersebut tidaklah murah.

Namun begitu, Eryco mengungkapkan transformasi digital dalam sebuah perbankan adalah sebuah proses bertahap sehingga bisa dilakukan secara berkala dan sedikit demi sedikit tiap tahunnya. Maka dari itu, perbankan perlu melakukan perencanaan pada pengembangan teknologinya.

Ia pun menyarankan setiap bank dapat membentuk tim pengembangan digital untuk melakukan survei terkait kebutuhan konsumen dan apa saja yang masih perlu ditingkatkan dari sistem saat ini.

"Dengan demikian, pengembangan secara bertahap dapat terus dilakukan dan tidak membebani keuangan perusahaan secara berkepanjangan," kata Eryco.