Kemunculan harimau di areal perkebunan resahkan warga Pagur Madina
14 Juli 2022 17:05 WIB
Tim gabungan yang terdiri dari TNBG dan KPH saat melakukan pemantauan konflik Harimau dengan manusia di Desa Pagur Kecamatan Panyabungan Timur, Madina. ANTARA/HO.
Panyabungan (ANTARA) - Warga di Desa Pagur, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara dibuat resah oleh kemunculan harimau di areal perkebunan masyarakat di wilayah itu.
Sekretaris Desa Pagur, Muhammad Taqwa di Panyabungan, Kamis, mengatakan, dalam dua pekan terakhir ini tercatat sudah tiga kali harimau tersebut muncul di areal perkebunan warga.
"Dalam dua pekan ini tercatat sudah tiga kali terlihat oleh warga. Yang pertama pada tanggal (27/6) pagi, kemudian pada Rabu (6/7) sore dan terakhir, Rabu (13/7)", ujarnya.
Baca juga: BKSDA Mukomuko cari bukti kemunculan harimau sumatera
Taqwa menyebut, kemunculan harimau tersebut pertama kali dilihat oleh warga yang bernama Lahuddin di wilayah Banjar Paran Bira atau sekitar 3 KM dari perkampungan warga. Saat itu, satwa harimau tersebut terlihat hendak melintas.
Kemudian, di daerah Banjar Namumbang atau sekitar 4 KM dari areal permukiman warga dan ketiga kalinya di daerah Simpang Pagur.
Baca juga: BBKSDA Riau tangani kasus kemunculan harimau liar di perusahaan
Ia menyampaikan, kehadiran satwa langka itu telah membuat warga menjadi resah dan ketakutan, apalagi mayoritas mata pencaharian masyarakat di desa itu merupakan petani kebun.
"Dengan sering munculnya harimau tersebut, sebahagian warga saat ini sudah takut untuk berusaha ke kebun. Meskipun begitu, sebahagian warga juga masih ada yang nekad pergi ke kebun," katanya.
Baca juga: Masyarakat Indragiri Hilir gelar ritual kemunculan Harimau Sumatera
Menanggapi adanya konflik Harimau dengan manusia tersebut, Plt Kasi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat, KPH VIII Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Zulham Afandi yang di konfirmasi menyampaikan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus konflik Harimau dengan manusia itu.
Di antaranya, adalah melakukan sosialisasi, pemasangan kamera trap dan membuat dentuman untuk menghalau satwa tersebut.
"Yang pertama, kami dari tim gabungan yang terdiri dari TNBG dan KPH dan masyarakat telah memasang dentuman untuk menghalau satwa itu. Kemudian, memasang kamera trap di beberapa tempat yang kita anggap sebagai rute jalan Harimau," sebut Zulham.
Baca juga: BKSDA: banyak laporan bohong tentang kemunculan harimau
Jika satwa langka tersebut masih mendekat ke perkampungan warga, Zulham menyebut, akan dilakukan pemasangan alat perangkap.
"Apabila dari langkah langkah ini sudah kita lakukan dan ternyata masih mendekat, maka proses selanjutnya kita pasang perangkap untuk di evakuasi, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat setempat," katanya menjelaskan.
Baca juga: Konservasionis satwa apresiasi "nagari ramah harimau" di Sumbar
Kata dia, dari hasil pantauan yang dilaksanakan oleh tim di lapangan ada tiga ekor harimau yang diperkirakan berkeliaran di wilayah hutan tersebut, yakni jantan, betina dan satu ekor anak.
Mengingat wilayah Aek Gorsing merupakan habibat satwa langka tersebut, dirinya mengimbau kepada warga untuk sementara waktu agar mengurangi aktivitas ke hutan. Dan apabila sangat mendesak diminta agar tidak seorang diri.
Baca juga: BKSDA: Harimau pemangsa sapi masih berkeliaran di Mukomuko
Menurut dia, terjadinya konflik antara Harimau dengan manusia itu, diakibatkan oleh berkurangnya areal lahan hutan di wilayah Aek Gorsing Desa Pagur.
Hal itu diakibatkan banyak hutan beralih fungsi ke lahan perkebunan. Selain itu juga diakibatkan oleh berkurangnya rantai makanan karena diburu oleh manusia.
Sekretaris Desa Pagur, Muhammad Taqwa di Panyabungan, Kamis, mengatakan, dalam dua pekan terakhir ini tercatat sudah tiga kali harimau tersebut muncul di areal perkebunan warga.
"Dalam dua pekan ini tercatat sudah tiga kali terlihat oleh warga. Yang pertama pada tanggal (27/6) pagi, kemudian pada Rabu (6/7) sore dan terakhir, Rabu (13/7)", ujarnya.
Baca juga: BKSDA Mukomuko cari bukti kemunculan harimau sumatera
Taqwa menyebut, kemunculan harimau tersebut pertama kali dilihat oleh warga yang bernama Lahuddin di wilayah Banjar Paran Bira atau sekitar 3 KM dari perkampungan warga. Saat itu, satwa harimau tersebut terlihat hendak melintas.
Kemudian, di daerah Banjar Namumbang atau sekitar 4 KM dari areal permukiman warga dan ketiga kalinya di daerah Simpang Pagur.
Baca juga: BBKSDA Riau tangani kasus kemunculan harimau liar di perusahaan
Ia menyampaikan, kehadiran satwa langka itu telah membuat warga menjadi resah dan ketakutan, apalagi mayoritas mata pencaharian masyarakat di desa itu merupakan petani kebun.
"Dengan sering munculnya harimau tersebut, sebahagian warga saat ini sudah takut untuk berusaha ke kebun. Meskipun begitu, sebahagian warga juga masih ada yang nekad pergi ke kebun," katanya.
Baca juga: Masyarakat Indragiri Hilir gelar ritual kemunculan Harimau Sumatera
Menanggapi adanya konflik Harimau dengan manusia tersebut, Plt Kasi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat, KPH VIII Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Zulham Afandi yang di konfirmasi menyampaikan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus konflik Harimau dengan manusia itu.
Di antaranya, adalah melakukan sosialisasi, pemasangan kamera trap dan membuat dentuman untuk menghalau satwa tersebut.
"Yang pertama, kami dari tim gabungan yang terdiri dari TNBG dan KPH dan masyarakat telah memasang dentuman untuk menghalau satwa itu. Kemudian, memasang kamera trap di beberapa tempat yang kita anggap sebagai rute jalan Harimau," sebut Zulham.
Baca juga: BKSDA: banyak laporan bohong tentang kemunculan harimau
Jika satwa langka tersebut masih mendekat ke perkampungan warga, Zulham menyebut, akan dilakukan pemasangan alat perangkap.
"Apabila dari langkah langkah ini sudah kita lakukan dan ternyata masih mendekat, maka proses selanjutnya kita pasang perangkap untuk di evakuasi, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat setempat," katanya menjelaskan.
Baca juga: Konservasionis satwa apresiasi "nagari ramah harimau" di Sumbar
Kata dia, dari hasil pantauan yang dilaksanakan oleh tim di lapangan ada tiga ekor harimau yang diperkirakan berkeliaran di wilayah hutan tersebut, yakni jantan, betina dan satu ekor anak.
Mengingat wilayah Aek Gorsing merupakan habibat satwa langka tersebut, dirinya mengimbau kepada warga untuk sementara waktu agar mengurangi aktivitas ke hutan. Dan apabila sangat mendesak diminta agar tidak seorang diri.
Baca juga: BKSDA: Harimau pemangsa sapi masih berkeliaran di Mukomuko
Menurut dia, terjadinya konflik antara Harimau dengan manusia itu, diakibatkan oleh berkurangnya areal lahan hutan di wilayah Aek Gorsing Desa Pagur.
Hal itu diakibatkan banyak hutan beralih fungsi ke lahan perkebunan. Selain itu juga diakibatkan oleh berkurangnya rantai makanan karena diburu oleh manusia.
Pewarta: Juraidi dan Holik
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: