Banjarmasin (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan menampilkan gambar pahlawan nasional Pangeran Antasari asal Kalimantan Selatan pada salah satu pecahan mata uang rupiah. Berdasarkan informasi yang diterima ANTARA, Rabu, menyebut bahwa saat ini pihak pemerintah provinsi Kalimantan Selatan sedang mencari gambar Pangeran Antasari yang otentik untuk keperluan tersebut. "Kita masih mencari gambar Pangeran Antasari yang otentik untuk menjadi gambar pada mata uang rupiah nanti," kata Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial (Kessos) Kalsel H.M.Bachriar Hanafi, SH menjawab ANTARA di Banjarmasin. Pasalnya, lanjut kepala dinas yang menangani kepahlawanan tersebut, gambar Antasari yang ada di Kalsel dua versi. "Oleh karenanya, kami berusaha mencari gambar Antasari yang sebenarnya agar kelak setelah menjadi gambar pada mata uang rupiah tidak menjadi persoalan, seperti gugatan ahli waris karena kesalahan gambar," katanya. Ia menerangkan, mata uang bergambar Pahlawan Nasional Pangeran Antasari itu rencananya akan diluncurkan tahun ini, karena Surat Keputusan Presiden mengenai hal tersebut sudah keluar. Gambar pahlawan Antasari itu nanti akan digunakan pada mata uang pecahan Rp2.000 (dua ribu rupiah), ujar Toto nama panggilan akrab Bachriar Hanafi. Nama Pahlawan Nasional Antasari, sebelumnya pernah dimunculkan dalam bentuk perangko, tapi tanpa gambar. Namun kini direncanakan dalam penampilan gambar pada mata uang rupiah. Dalam kesempatan terpisah, beberapa warga Banjar Kalsel menyambut gembira atas keinginan pemerintah mengangkat nama pahlawan nasional Pangeran Antasari ke dalam mata uang rupiah, sehingga bisa lebih dikenal dan memasyarakat di berbagai pelosok nusantara. "Kita senang dan mendukung pemuatan gambar Antasari dalam mata uang rupiah. Kalau tidak salah, ini merupakan yang pertama kali kehormatan untuk Kalsel," ujar H. Gusti Rusdi Effendi AR salah seorang keturunan raja Banjar yang juga Ketua Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel. Pangeran Antasari, seorang keturunan Kerajaan Banjar yang bersahaja, hidup pada abad 18. Namun kebangsawanannya tak dia hiraukan dan terpanggil memimpin rakyat Banjar melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Beberapa semobyan perjuangan Antasari yang masih melekat serta diabadikan antara lain "waja sampai kaputing" atau terjemaah dari "literlijk" yaitu baja sampai ke ujung dalam pengertian filosofis berjuang sampai akhir/tetesan darah penghabisan. Selain itu "haram manyarah" atau haram menyerah, "jangan kacakut papadaan" artinya jangan berkelahi terhadap sesama.(*)