RI serukan dukungan G20 untuk 'Labuan Bajo Annual Seminar'
13 Juli 2022 12:52 WIB
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka seminar "Blue, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-Pandemic Development" secara virtual di Labuan Bajo, Nusa Tenggar Timur, Rabu (13/7/2022). ANTARA/Aria Cindyara/am.
Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menyerukan dukungan dari para peserta pertemuan ke-2 sherpa G20 untuk seminar tahunan terkait ekonomi biru, hijau, dan sirkular di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, di mana berbagai negara dapat berbagi pengalamannya.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka seminar berjudul “Blue, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-Pandemic Development”, yang digelar sebagai bagian dari rangkaian pertemuan ke-2 sherpa G20, Rabu.
“Saya mengharapkan dukungan anda agar seminar pada hari ini dapat menjadi Labuan Bajo Annual Meeting untuk ekonomi biru, hijau, dan sirkular, di mana berbagai pengalaman dan kisah sukses di dunia dapat didemonstrasikan,” ujar Airlangga di hadapan para peserta yang menyaksikan paparannya melalui rekaman video.
Dalam pidatonya, dia mengatakan bahwa kebutuhan untuk menerapkan sistem ekonomi biru, hijau, dan sirkular kian mendesak.
“Tantangan lingkungan yang tengah terjadi, peningkatan karbon, degradasi laut dan lahan, di antara banyak tantangan lainnya- membuat pendekatan ekonomi global yang berkelanjutan begitu dibutuhkan lebih dari yang sebelumnya,” kata Airlangga.
Dia menjelaskan bahwa emisi karbondioksida global terkait energi meningkat 6 persen menjadi 36,3 miliar ton pada tahun 2021, yakni tingkat yang tertinggi.
Selama 30 tahun terakhir, penggunaan plastik meningkat dua kali lipat, didorong oleh perkembangan yang terjadi di ekonomi-ekonomi yang berkembang.
Pada tahun 2019, lanjutnya, manufaktur plastik dunia meningkat dua kali lipat pula menjadi 460 miliar ton.
“Meski demikian, hanya sembilan persen sampah plastik yang didaur ulang. Kemudian 180 juta ton kubik plastik menjadi polusi dii laut yang membawa dampak negatif terhadap setidaknya 88 persen spesies laut,” ujarnya.
Selain untuk menjaga keberlangsungan lingkungan, Airlangga juga menyebut penerapan ekonomi biru, hijau, dan sirkular juga membawa manfaat pagi pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional.
Dia menggarisbawahi bahwa perlu ada diskusi terkait masalah pendanaan skema-skema ekonomi tersebut dan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Pertemuan Sherpa G20 kedua diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, mulai 10 hingga 13 Juli.
Pada hari keempat, Rabu, para peserta mengikuti seminar terkait ekonomi hijau, biru, dan sirkular, menyusul perjalanan mereka menjelajahi Pulau Messah, Taman Nasional Komodo, dan Pulau Padar, NTT, pada Selasa (12/7).
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka seminar berjudul “Blue, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-Pandemic Development”, yang digelar sebagai bagian dari rangkaian pertemuan ke-2 sherpa G20, Rabu.
“Saya mengharapkan dukungan anda agar seminar pada hari ini dapat menjadi Labuan Bajo Annual Meeting untuk ekonomi biru, hijau, dan sirkular, di mana berbagai pengalaman dan kisah sukses di dunia dapat didemonstrasikan,” ujar Airlangga di hadapan para peserta yang menyaksikan paparannya melalui rekaman video.
Dalam pidatonya, dia mengatakan bahwa kebutuhan untuk menerapkan sistem ekonomi biru, hijau, dan sirkular kian mendesak.
“Tantangan lingkungan yang tengah terjadi, peningkatan karbon, degradasi laut dan lahan, di antara banyak tantangan lainnya- membuat pendekatan ekonomi global yang berkelanjutan begitu dibutuhkan lebih dari yang sebelumnya,” kata Airlangga.
Dia menjelaskan bahwa emisi karbondioksida global terkait energi meningkat 6 persen menjadi 36,3 miliar ton pada tahun 2021, yakni tingkat yang tertinggi.
Selama 30 tahun terakhir, penggunaan plastik meningkat dua kali lipat, didorong oleh perkembangan yang terjadi di ekonomi-ekonomi yang berkembang.
Pada tahun 2019, lanjutnya, manufaktur plastik dunia meningkat dua kali lipat pula menjadi 460 miliar ton.
“Meski demikian, hanya sembilan persen sampah plastik yang didaur ulang. Kemudian 180 juta ton kubik plastik menjadi polusi dii laut yang membawa dampak negatif terhadap setidaknya 88 persen spesies laut,” ujarnya.
Selain untuk menjaga keberlangsungan lingkungan, Airlangga juga menyebut penerapan ekonomi biru, hijau, dan sirkular juga membawa manfaat pagi pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional.
Dia menggarisbawahi bahwa perlu ada diskusi terkait masalah pendanaan skema-skema ekonomi tersebut dan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Pertemuan Sherpa G20 kedua diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, mulai 10 hingga 13 Juli.
Pada hari keempat, Rabu, para peserta mengikuti seminar terkait ekonomi hijau, biru, dan sirkular, menyusul perjalanan mereka menjelajahi Pulau Messah, Taman Nasional Komodo, dan Pulau Padar, NTT, pada Selasa (12/7).
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022
Tags: