G20 Indonesia
BI: Desain acuan mata uang digital bank sentral masih belum selesai
12 Juli 2022 15:59 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam Acara G20 Techsprint Central Bank Digital Currency Midpoint Event di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (12/7/2022). ANTARA/Agatha Olivia/aa.
Badung, Bali (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan desain acuan mata uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) masih belum terselesaikan hingga saat ini, sementara kebutuhan untuk mengeksplorasi CBDC sangat tinggi untuk bank sentral.
"Dalam praktiknya, kami perlu memahami bagaimana tujuan kebijakan, masalah praktis, dan pertemuan kemampuan teknologi," ujar Juda dalam Acara G20 Techsprint Central Bank Digital Currency Midpoint Event di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Ia menjelaskan setidaknya terdapat tiga masalah yang telah dinyatakan dan perlu ditangani dengan baik dalam merancang sebuah CBDC. Pertama, menerapkan penerbitan serta pendistribusian yang Efektif dan kuat.
Dalam hal ini, perlu dieksplorasi bagaimana bank sentral dapat memanfaatkan kemampuan fitur program CBDC untuk memfasilitasi transfer uang tunai dan surat berharga secara efisien, serta untuk memberikan layanan inovatif baru kepada nasabah.
Permasalahan yang kedua, lanjut Juda, yakni mengaktifkan inklusi keuangan. Dengan demikian, perlu dieksplorasi bagaimana bank sentral bisa mengaktifkan CBDC untuk menyediakan jalur alternatif bagi masyarakat yang tak tersentuh perbankan guna membuka akun transaksional dan berpartisipasi dalam ekonomi digital formal.
"Kami juga perlu melakukan konfigurasi desain yang sesuai, sehingga CBDC dapat diimplementasikan dengan baik tidak hanya di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan dengan internet yang tidak terjangkau konektivitas internet," jelasnya.
Permasalahan ketiga, kata dia, yaitu memastikan Interoperabilitas, Interkonektivitas, dan Integrasi (3I). Dengan begitu, bank sentral perlu menggali lebih dalam tentang bagaimana mengaktifkan konektivitas dan interoperabilitas dengan CBDC lainnya dan dengan pembayaran domestik yang ada, seperti Real Time Gross Statement (RTGS), sistem kliring, ATM, dan kartu debit.
Maka dari itu, dirinya menilai cara terbaik bagi bank sentral untuk mengatasi ketiga masalah tersebut dan mempersiapkan CBDC adalah dengan mengeksplorasi, bereksperimen, serta melakukan proyek percobaan CBDC.
Baca juga: BI: Uang digital bank sentral akan mainkan peran penting di masa depan
Baca juga: Bank Dunia: Mata uang digital tak jamin akses kepada inklusi keuangan
Baca juga: BI: Mata uang digital bank sentral bisa tingkatkan pasar modal
"Dalam praktiknya, kami perlu memahami bagaimana tujuan kebijakan, masalah praktis, dan pertemuan kemampuan teknologi," ujar Juda dalam Acara G20 Techsprint Central Bank Digital Currency Midpoint Event di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Ia menjelaskan setidaknya terdapat tiga masalah yang telah dinyatakan dan perlu ditangani dengan baik dalam merancang sebuah CBDC. Pertama, menerapkan penerbitan serta pendistribusian yang Efektif dan kuat.
Dalam hal ini, perlu dieksplorasi bagaimana bank sentral dapat memanfaatkan kemampuan fitur program CBDC untuk memfasilitasi transfer uang tunai dan surat berharga secara efisien, serta untuk memberikan layanan inovatif baru kepada nasabah.
Permasalahan yang kedua, lanjut Juda, yakni mengaktifkan inklusi keuangan. Dengan demikian, perlu dieksplorasi bagaimana bank sentral bisa mengaktifkan CBDC untuk menyediakan jalur alternatif bagi masyarakat yang tak tersentuh perbankan guna membuka akun transaksional dan berpartisipasi dalam ekonomi digital formal.
"Kami juga perlu melakukan konfigurasi desain yang sesuai, sehingga CBDC dapat diimplementasikan dengan baik tidak hanya di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan dengan internet yang tidak terjangkau konektivitas internet," jelasnya.
Permasalahan ketiga, kata dia, yaitu memastikan Interoperabilitas, Interkonektivitas, dan Integrasi (3I). Dengan begitu, bank sentral perlu menggali lebih dalam tentang bagaimana mengaktifkan konektivitas dan interoperabilitas dengan CBDC lainnya dan dengan pembayaran domestik yang ada, seperti Real Time Gross Statement (RTGS), sistem kliring, ATM, dan kartu debit.
Maka dari itu, dirinya menilai cara terbaik bagi bank sentral untuk mengatasi ketiga masalah tersebut dan mempersiapkan CBDC adalah dengan mengeksplorasi, bereksperimen, serta melakukan proyek percobaan CBDC.
Baca juga: BI: Uang digital bank sentral akan mainkan peran penting di masa depan
Baca juga: Bank Dunia: Mata uang digital tak jamin akses kepada inklusi keuangan
Baca juga: BI: Mata uang digital bank sentral bisa tingkatkan pasar modal
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: