Jakarta (ANTARA) - Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo menekankan pentingnya kajian ilmiah berbasis riset sebagai landasan kebijakan guna mengurangi bahaya rokok, sekaligus membantu pemerintah menjawab permasalahan tingginya prevalensi perokok yang belum terselesaikan hingga saat ini.
"Penurunan prevalensi perokok dewasa dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan hasil kajian ilmiah terkini, khususnya dari dalam negeri,” kata Bimmo dalam keterangannya pada Senin.
Baca juga: Pengamat: Masyarakat perlu dilibatkan dalam perumusan regulasi IHT
Menurut dia, salah satu fokus yang dapat dikaji dalam upaya pengurangan bahaya rokok adalah produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin. Dalam kajian yang dilakukan bersama mitranya, KABAR menemukan bahwa profil risiko produk tembakau alternatif lebih rendah bila dibandingkan dengan rokok.
Temuan itu sejalan dengan kajian ilmiah yang dilakukan sejumlah peneliti seperti Profesor Riccardo Polosa dari University of Catania yang berjudul "Safety Evaluation and Risk Assessment of Electronic Cigarettes as Tobacco Cigarette Substitutes: A Systematic Review." Dengan mempertimbangkan serangkaian hasil riset tersebut, Bimmo mendorong agar pemerintah juga turut melakukan kajian yang lebih mendalam dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, swasta, masyarakat, lembaga nirlaba, dan media.
Hasil penelitian nantinya bisa dijadikan acuan untuk membentuk kebijakan yang tepat dan proporsional terkait pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai pilihan untuk menekan risiko yang dihasilkan oleh rokok.
Tak hanya dalam pembentukan kebijakan, Bimmo meneruskan, keterlibatan berbagai pihak juga perlu dalam rangka diseminasi informasi faktual yang berdasarkan kajian ilmiah.
Dengan demikian, kesadaran masyarakat akan risiko bahaya rokok semakin meningkat seiring hadirnya produk tembakau alternatif yang dapat membantu mereka beralih dari kebiasaannya.
“Kami meyakini keterlibatan berbagai pihak melalui sinergi hexahelix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, LSM, dan media dapat berperan aktif dalam perumusan regulasi produk tembakau alternatif,” kata Bimmo.
Baca juga: "Hello!" rokok elektrik kolaborasi antara Indonesia dengan Malaysia
Baca juga: Produk alternatif disebut mampu perbaiki kualitas hidup perokok dewasa
Baca juga: Asosiasi dorong perluasan akses informasi tembakau alternatif
Penanganan masalah merokok perlu kebijakan berbasis riset
11 Juli 2022 16:02 WIB
Ilustrasi - Berhenti merokok. ANTARA/Shutterstock/am.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022
Tags: