G20 Indonesia
Ukraina hadiri Pertemuan Menlu G20 secara virtual
8 Juli 2022 08:57 WIB
Arsip--Menlu Ukraina Dmytro Kuleba (kanan) saat mengunjungi Wall of Remembrance untuk memberikan penghormatan kepada tentara Ukraina yang gugur, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kiev, Ukraina, Senin (30/5/2022). REUTERS/Gleb Garanich/HP/djo (REUTERS/GLEB GARANICH)
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Ukraina sebagai salah satu negara yang diundang oleh Indonesia dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (G20 Foreign Ministers’Meeting/FMM), akan hadir secara virtual.
Menurut Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani, Menlu Ukraina Dmytro Kuleba tidak bisa hadir secara fisik dalam pertemuan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 7-8 Juli 2022, karena alasan kesehatan.
“Tetapi kita cukup bangga bahwa pada saat Presidensi G20 Indonesia banyak menlu yang hadir (secara fisik),” kata Dian ketika memberikan pengarahan kepada media di Nusa Dua, Kamis malam (7/7).
Dian mengatakan bahwa kehadiran seluruh menlu negara G20 dalam pertemuan itu merupakan hasil diplomasi Indonesia yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua negara untuk berpartisipasi, meskipun di tengah konflik yang tengah disoroti antara Ukraina dan Rusia.
Baca juga: Indonesia, Korsel sepakat bahas pemulihan rantai pasokan global di G20
Sebagai penyelenggara sekaligus Presiden G20, kata dia, Indonesia selalu berusaha membuat semua negara merasa nyaman untuk berpartisipasi dalam pertemuan apa pun, dengan begitu mereka bisa mendiskusikan berbagai isu yang menjadi perhatian bersama.
“Dengan mereka datang semua, it is a good thing jadi mereka bisa membahas segala hal yang menjadi permasalahan (global) saat ini dengan nyaman,” kata Dian.
Dalam FMM G20 akan dibahas dua isu utama yaitu penguatan multilateralisme serta ketahanan pangan dan energi.
Dian menjelaskan bahwa isu pangan dan energi selalu dibahas dalam berbagai pertemuan G20 di bawah presidensi Indonesia, sebagai agenda penting bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina yang memicu peningkatan harga pangan dan energi karena terhambatnya pasokan.
Dengan berkumpulnya para menlu dalam FMM G20, diharapkan kelompok tersebut bisa melakukan diskusi yang produktif untuk mendorong kerja sama konkret ke depan guna menangani isu pangan dan energi.
“Indonesia akan selalu mendorong kolaborasi dan kerja sama untuk menjawab tantangan dunia,” kata Dian.
G20 adalah sebuah platform multilateral strategis yang menghubungkan 20 ekonomi utama dunia dan memegang peran strategis dalam mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global.
G20 terdiri dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, China, Turki, dan Uni Eropa.
Sebagai tuan rumah FMM tahun ini, Indonesia mengundang 10 negara di luar G20 yakni Ukraina, Spanyol, Belanda, Singapura, Kamboja, Senegal, Suriname, Fiji, Rwanda, dan Uni Emirat Arab.
Sebanyak 10 organisasi internasional juga diundang dalam pertemuan tersebut yaitu PBB, ADB, FSB, ILO, IMF, IsDB, OECD, WB, WHO, dan WTO.
Dari berbagai undangan tersebut, Suriname menyatakan tidak bisa hadir karena ada isu di dalam negerinya sementara Menlu Inggris Elizabeth Truss meninggalkan Bali lebih awal dan kembali ke London, menyusul mundurnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis.
Baca juga: Retno: Indonesia ciptakan situasi nyaman selama Pertemuan Menlu G20
Baca juga: Australia tegaskan dukung presidensi G20 RI di tengah kesulitan
Menurut Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani, Menlu Ukraina Dmytro Kuleba tidak bisa hadir secara fisik dalam pertemuan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 7-8 Juli 2022, karena alasan kesehatan.
“Tetapi kita cukup bangga bahwa pada saat Presidensi G20 Indonesia banyak menlu yang hadir (secara fisik),” kata Dian ketika memberikan pengarahan kepada media di Nusa Dua, Kamis malam (7/7).
Dian mengatakan bahwa kehadiran seluruh menlu negara G20 dalam pertemuan itu merupakan hasil diplomasi Indonesia yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua negara untuk berpartisipasi, meskipun di tengah konflik yang tengah disoroti antara Ukraina dan Rusia.
Baca juga: Indonesia, Korsel sepakat bahas pemulihan rantai pasokan global di G20
Sebagai penyelenggara sekaligus Presiden G20, kata dia, Indonesia selalu berusaha membuat semua negara merasa nyaman untuk berpartisipasi dalam pertemuan apa pun, dengan begitu mereka bisa mendiskusikan berbagai isu yang menjadi perhatian bersama.
“Dengan mereka datang semua, it is a good thing jadi mereka bisa membahas segala hal yang menjadi permasalahan (global) saat ini dengan nyaman,” kata Dian.
Dalam FMM G20 akan dibahas dua isu utama yaitu penguatan multilateralisme serta ketahanan pangan dan energi.
Dian menjelaskan bahwa isu pangan dan energi selalu dibahas dalam berbagai pertemuan G20 di bawah presidensi Indonesia, sebagai agenda penting bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina yang memicu peningkatan harga pangan dan energi karena terhambatnya pasokan.
Dengan berkumpulnya para menlu dalam FMM G20, diharapkan kelompok tersebut bisa melakukan diskusi yang produktif untuk mendorong kerja sama konkret ke depan guna menangani isu pangan dan energi.
“Indonesia akan selalu mendorong kolaborasi dan kerja sama untuk menjawab tantangan dunia,” kata Dian.
G20 adalah sebuah platform multilateral strategis yang menghubungkan 20 ekonomi utama dunia dan memegang peran strategis dalam mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global.
G20 terdiri dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, China, Turki, dan Uni Eropa.
Sebagai tuan rumah FMM tahun ini, Indonesia mengundang 10 negara di luar G20 yakni Ukraina, Spanyol, Belanda, Singapura, Kamboja, Senegal, Suriname, Fiji, Rwanda, dan Uni Emirat Arab.
Sebanyak 10 organisasi internasional juga diundang dalam pertemuan tersebut yaitu PBB, ADB, FSB, ILO, IMF, IsDB, OECD, WB, WHO, dan WTO.
Dari berbagai undangan tersebut, Suriname menyatakan tidak bisa hadir karena ada isu di dalam negerinya sementara Menlu Inggris Elizabeth Truss meninggalkan Bali lebih awal dan kembali ke London, menyusul mundurnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis.
Baca juga: Retno: Indonesia ciptakan situasi nyaman selama Pertemuan Menlu G20
Baca juga: Australia tegaskan dukung presidensi G20 RI di tengah kesulitan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: