BI sebut daya saing digital Indonesia membaik
6 Juli 2022 19:24 WIB
Tangkapan layar - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono dalam acara "MuBI Reborn" di Jakarta, Rabu (06/07/2022). ANTARA/Agatha Olivia/aa.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono menyebutkan daya saing digital Indonesia membaik, berdasarkan laporan East Ventures Digital Competitivenes Index 2021.
"Hal ini tergambar dari semakin meningkatnya adaptasi digital masyarakat terkait pemahaman digital, penggunaan teknologi dan informasi, serta semakin tingginya pengeluaran masyarakat untuk kategori informasi dan komunikasi," kata Doni dalam acara "MuBI Reborn" di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menilai adaptasi digitalisasi merupakan salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari pasang surut pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih.
Baca juga: Intisari digitalisasi Indonesia
Kata kunci dari tingginya digitalisasi adalah adaptasi, sehingga hal tersebut yang pada akhirnya memacu BI untuk melakukan berbagai kebijakan, khususnya dalam memberikan berbagai layanan di bidang sistem pembayaran untuk mendorong digitalisasi.
Langkah ini, lanjut Doni, untuk semakin membuat masyarakat di Indonesia bertransaksi dengan cepat, mudah, murah, aman, dan andal (CEMUMUAH), seperti melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-FAST yang telah diluncurkan bank sentral.
Selayaknya adaptasi BI dalam kebijakan, museum BI juga melakukan adaptasi digitalisasi sehingga interaksinya pada saat pandemi diubah dari secara luring menjadi daring.
Baca juga: R&I pertahankan peringkat Indonesia pada BBB+ dengan "outlook" stabil
"Beberapa hal yang dilakukan seperti museum virtual, beberapa aktivitas media sosial, hingga beberapa kegiatan yang juga dialihkan secara daring dan tetap mendapatkan animo yang luar biasa dari masyarakat," jelasnya.
Untuk itu, ia sangat mengapresiasi berbagai capaian museum BI yang tetap konsisten, khususnya pada masa-masa pembatasan karena pandemi
"Hal ini tergambar dari semakin meningkatnya adaptasi digital masyarakat terkait pemahaman digital, penggunaan teknologi dan informasi, serta semakin tingginya pengeluaran masyarakat untuk kategori informasi dan komunikasi," kata Doni dalam acara "MuBI Reborn" di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menilai adaptasi digitalisasi merupakan salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari pasang surut pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih.
Baca juga: Intisari digitalisasi Indonesia
Kata kunci dari tingginya digitalisasi adalah adaptasi, sehingga hal tersebut yang pada akhirnya memacu BI untuk melakukan berbagai kebijakan, khususnya dalam memberikan berbagai layanan di bidang sistem pembayaran untuk mendorong digitalisasi.
Langkah ini, lanjut Doni, untuk semakin membuat masyarakat di Indonesia bertransaksi dengan cepat, mudah, murah, aman, dan andal (CEMUMUAH), seperti melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-FAST yang telah diluncurkan bank sentral.
Selayaknya adaptasi BI dalam kebijakan, museum BI juga melakukan adaptasi digitalisasi sehingga interaksinya pada saat pandemi diubah dari secara luring menjadi daring.
Baca juga: R&I pertahankan peringkat Indonesia pada BBB+ dengan "outlook" stabil
"Beberapa hal yang dilakukan seperti museum virtual, beberapa aktivitas media sosial, hingga beberapa kegiatan yang juga dialihkan secara daring dan tetap mendapatkan animo yang luar biasa dari masyarakat," jelasnya.
Untuk itu, ia sangat mengapresiasi berbagai capaian museum BI yang tetap konsisten, khususnya pada masa-masa pembatasan karena pandemi
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: