Makassar (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, mengatakan produksi sapi limosin simental melalui Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik mencapai 2.500 hingga 3.000 ekor per tahun.

Sementara secara umum, jumlah produksi sapi di Kabupaten Sinjai bisa mencapai 6.000 ekor per tahun.

Kepala DPKH Sinjai Burhanuddin dihubungi melalui sambungan telepon dari Makassar, Selasa, mengatakan para peternak di daerah itu memang lebih memilih sapi jenis limosin simental dibandingkan jenis lain seperti Angus ataupun Brahman.

"Ada beberapa alasan sehingga lebih memilih beternak sapi limosin simental karena nilai jual yang jauh lebih tinggi, mudah perawatan dan cepat pemasarannya," ujarnya.

Baca juga: Ria Ricis kurban sapi seberat 1 ton

Baca juga: Sulsel fokus pengembangan sapi limosin di 5 daerah


Ia mengatakan sapi limosin simental yang dikembangkan melalui program IB, secara nilai jual memang lebih tinggi. Misalnya, sapi limosin ketika sudah berusia 5-6 bulan sudah bisa terjual dengan harga Rp15 juta.

Harga itu tentu berbeda dengan sapi lokal hasil perkawinan alami dengan sapi bali dengan umur yang sama dengan nilai jual berkisar Rp1,5 juta hingga dua jutaan.

"Para peternak kadang sudah menjual (sapi limosin) saat masih lima bulan untuk bibit. Sementara yang memilih pembibitan hingga layak kurban itu tentu lebih mahal harganya yang mencapai Rp25 hingga 30 juta. Para pembeli biasanya dari Kabupaten Bone dan daerah lain di Sulsel," katanya.

Sementara terkait antisipasi ancaman Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), pihaknya terus rutin melakukan pemeriksaan.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan aplikasi La Sapi yang memiliki fitur konsultasi tentang wabah penyakit khususnya PMK.

“Aplikasi La Sapi ini sudah kita gunakan beberapa tahun lalu untuk konsultasi soal kesehatan ternak. Kebetulan saat ini muncul wabah PMK sehingga kita maksimalkan untuk membantu peternak," ujarnya.*

Baca juga: Anies-Riza sumbang Sapi Limosin

Baca juga: Polisi uber dua pencuri sapi limosin Rp40 juta