Alunan distorsi dari genjrengan gitar dengan vokal yang lembut, nyaris tidak jelas kembali berbunyi saat grup band shoegaze legendaris asal Bandung The Milo tampil pada acara Selecta Pop "Sunday Pop Sunday" di Hard Rock Cafe, Jakarta, Minggu (3/7).
Sebutan shoegaze sendiri berasal dari Andy Ross, pendiri Food Records yang menaungi band seperti Lush dan Moose, yang mendeskripsikan ekspresi para personel bandnya yang selalu melihat fokus ke efek gitar mereka sehingga terciptalah istilah shoegaze dari kata shoe (sepatu) dan gaze (memandang), di mana secara terminologi, shoegaze memiliki arti menunduk ke sepatu.
The Milo yang beranggotakan Ajie Gergaji (vokal), Taufik "Upik" Hidayat (gitar), Rizki "Suki" Khaerullah (bass), Budi "Krucil" Wiranto (drum) dan Hendi "Unyil" Priyatna (keyboard) tersebut kembali bermain di Jakarta setelah beberapa tahun tidak tampil akibat pandemi.
"Ternyata COVID membuat lupa akan bermusik," kata Aji Gergaji saat tampil.
Penampilan pertama dibuka dengan lagu "Get Into Your Mind" dari album kedua mereka yang bertajuk "Photograph".
Sebutan shoegaze sendiri berasal dari Andy Ross, pendiri Food Records yang menaungi band seperti Lush dan Moose, yang mendeskripsikan ekspresi para personel bandnya yang selalu melihat fokus ke efek gitar mereka sehingga terciptalah istilah shoegaze dari kata shoe (sepatu) dan gaze (memandang), di mana secara terminologi, shoegaze memiliki arti menunduk ke sepatu.
The Milo yang beranggotakan Ajie Gergaji (vokal), Taufik "Upik" Hidayat (gitar), Rizki "Suki" Khaerullah (bass), Budi "Krucil" Wiranto (drum) dan Hendi "Unyil" Priyatna (keyboard) tersebut kembali bermain di Jakarta setelah beberapa tahun tidak tampil akibat pandemi.
"Ternyata COVID membuat lupa akan bermusik," kata Aji Gergaji saat tampil.
Penampilan pertama dibuka dengan lagu "Get Into Your Mind" dari album kedua mereka yang bertajuk "Photograph".
Disambung dengan lagu berbahasa Indonesia berjudul Malaikat, diambil dari album pertama bertajuk "Let Me Begin" yang dirilis pada 2003.
Pionir pop gelap tersebut menghadirkan sembilan lagu, yang ditutup dengan lagu "Daun dan Ranting Menuju Surga" dari album Photograph.
Pionir pop gelap tersebut menghadirkan sembilan lagu, yang ditutup dengan lagu "Daun dan Ranting Menuju Surga" dari album Photograph.