Jakarta (ANTARA) - Menteri luar negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menggambarkan putaran terbaru pembicaraan terkait pemulihan kembali kesepakatan nuklir 2015 di Doha sebagai perkembangan "positif".

"Iran serius untuk mencapai 'sebuah kesepakatan yang baik, kuat, dan bertahan lama', yang akan dapat diperoleh jika Amerika Serikat bertindak realistis," ujar Menlu Iran Amir-Abdollahian kepada mitranya Menlu Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Iran kepada Menlu Qatar dalam pembicaraan via telepon pada Rabu (29/6) malam waktu setempat, demikian disampaikan Kementerian Luar Negeri Iran di situs resminya pada Kamis (30/6).

"Kami bertekad untuk melanjutkan negosiasi hingga kesepakatan yang realistis tercapai," ujar Menlu Iran itu.

Amir-Abdollahian juga mengucapkan terima kasih kepada Qatar karena telah menjadi tuan rumah negosiasi tersebut pada Selasa (28/6) dan Rabu (29/6).

Sementara itu, Menlu Qatar menyebut pembicaraan tak langsung terbaru antara Iran dan AS yang dimediasi Uni Eropa (EU) itu "konstruktif dan positif". Menlu Al Thani juga menjanjikan upaya Doha untuk membuat semua pihak kembali memenuhi komitmen mereka.

Iran menandatangani kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar dunia pada Juli 2015 dan setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang dikenakan terhadap Teheran.

Namun, Amerika Serikat -- pada masa pemerintahan Donald Trump -- menarik Washington keluar dari perjanjian tersebut pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi sepihak terhadap Iran, yang memicu Iran membatalkan beberapa komitmennya dalam perjanjian itu.

Pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dimulai pada April 2021 di Wina, tetapi ditangguhkan pada Maret 2022 lantaran perbedaan pandangan politik antara Teheran dan Washington.