Wall Street dibuka jatuh, Indeks S&P 500 tuju paruh pertama terburuk
1 Juli 2022 01:17 WIB
Ilustrasi: Para pialang sedang bekerja lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (ANTARA/Reuters)
New York (ANTARA) - Saham-saham di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat (AS) dibuka jatuh pada Kamis pagi waktu setempat, menempatkan Indeks S&P 500 pada enam bulan pertama terburuk sejak 1970, di tengah kekhawatiran bank sentral AS berupaya menjinakkan inflasi yang bakal menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Ketakutan atas pelambatan pertumbuhan dan lonjakan harga melanda pasar dengan kekhawatiran resesi menjadi pusat perhatian seiring pembuat kebijakan moneter di seluruh dunia secara agresif meningkatkan biaya pinjaman.
Ketua Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada Rabu berjanji tidak membiarkan ekonomi AS tergelincir ke dalam "rezim inflasi tinggi", meskipun berarti menaikkan suku bunga ke level yang menempatkan pertumbuhan ekonomi dalam risiko.
Indeks Komposit Nasdaq yang sarat teknologi menuju penurunan terbesarnya selama semester pertama, sementara Indeks Dow Jones Industrial Average menuju penurunan persentase Januari-Juni terbesar sejak krisis keuangan.
Baca juga: Wall Street bervariasi, indeks S&P 500 ditutup sedikit lebih rendah
Ketiga indeks utama Wall Street mencatat penurunan kuartalan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2015.
Pembuat kebijakan The Fed dalam beberapa hari terakhir telah memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin kedua pada bulan Juli 2022.
"Orang-orang meningkatkan kas memasuki musim (laporan) laba," kata Manajer Portofolio Hennessy Funds, Josh Wein. Ia mengatakan banyak orang menunggu info dari perusahaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dan pernyataan konsumen. Mereka mencoba mendapatkan info tambahan sebelum benar-benar berkomitmen pada saham.
Saham berkapitalisasi besar, termasuk Microsoft Corp, Apple Inc, Amazon.com Inc, dan Tesla Inc, jatuh antara 2,6 persen dan 5,2 persen, memimpin penurunan untuk hari ini.
Laporan Departemen Perdagangan menunjukkan indeks harga pengeluaran inti konsumsi pribadi pada Mei sedikit di bawah ekspektasi, meskipun belanja konsumen meningkat, kurang dari yang diperkirakan.
"Banyak investor mengharapkan data inflasi benar-benar mulai turun. Tetapi apa yang kami temukan adalah bahwa ini jauh lebih menantang, dan data inflasi tetap meningkat lebih lama dan mungkin belum mencapai puncaknya," kata Kepala Investasi dan Ahli Strategi CFRA, Sam Stovall.
Pada 10:22 waktu setempat Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 527,89 poin, atau 1,70 persen menjadi 30.501,42. Indeks S&P 500 menurun 73,94 poin atau 1,94 persen menjadi 3.744,89 dan Indeks Komposit Nasdaq anjlok 304,66 poin atau 2,73 persen menjadi 10.873,23.
Menuju paruh kedua tahun ini, pasar yang lesu akan terus fokus pada inflasi, pengangguran, dan kenaikan suku bunga bersama dengan dampaknya terhadap laba perusahaan.
Saham yang turun melampaui jumlah yang naik untuk rasio 4,54 banding 1 di Bursa Efek New York, dan rasio 4,43 banding 1 di Nasdaq.
Indeks S&P mencatat satu saham tertinggi baru dalam 52 minggu dan 42 saham terendah baru, sedangkan Indeks Nasdaq mencatat sembilan saham tertinggi baru dan 305 saham terendah baru.
Baca juga: Wall Street berakhir turun, terseret saham pertumbuhan megacaps
Ketakutan atas pelambatan pertumbuhan dan lonjakan harga melanda pasar dengan kekhawatiran resesi menjadi pusat perhatian seiring pembuat kebijakan moneter di seluruh dunia secara agresif meningkatkan biaya pinjaman.
Ketua Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada Rabu berjanji tidak membiarkan ekonomi AS tergelincir ke dalam "rezim inflasi tinggi", meskipun berarti menaikkan suku bunga ke level yang menempatkan pertumbuhan ekonomi dalam risiko.
Indeks Komposit Nasdaq yang sarat teknologi menuju penurunan terbesarnya selama semester pertama, sementara Indeks Dow Jones Industrial Average menuju penurunan persentase Januari-Juni terbesar sejak krisis keuangan.
Baca juga: Wall Street bervariasi, indeks S&P 500 ditutup sedikit lebih rendah
Ketiga indeks utama Wall Street mencatat penurunan kuartalan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2015.
Pembuat kebijakan The Fed dalam beberapa hari terakhir telah memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin kedua pada bulan Juli 2022.
"Orang-orang meningkatkan kas memasuki musim (laporan) laba," kata Manajer Portofolio Hennessy Funds, Josh Wein. Ia mengatakan banyak orang menunggu info dari perusahaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dan pernyataan konsumen. Mereka mencoba mendapatkan info tambahan sebelum benar-benar berkomitmen pada saham.
Saham berkapitalisasi besar, termasuk Microsoft Corp, Apple Inc, Amazon.com Inc, dan Tesla Inc, jatuh antara 2,6 persen dan 5,2 persen, memimpin penurunan untuk hari ini.
Laporan Departemen Perdagangan menunjukkan indeks harga pengeluaran inti konsumsi pribadi pada Mei sedikit di bawah ekspektasi, meskipun belanja konsumen meningkat, kurang dari yang diperkirakan.
"Banyak investor mengharapkan data inflasi benar-benar mulai turun. Tetapi apa yang kami temukan adalah bahwa ini jauh lebih menantang, dan data inflasi tetap meningkat lebih lama dan mungkin belum mencapai puncaknya," kata Kepala Investasi dan Ahli Strategi CFRA, Sam Stovall.
Pada 10:22 waktu setempat Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 527,89 poin, atau 1,70 persen menjadi 30.501,42. Indeks S&P 500 menurun 73,94 poin atau 1,94 persen menjadi 3.744,89 dan Indeks Komposit Nasdaq anjlok 304,66 poin atau 2,73 persen menjadi 10.873,23.
Menuju paruh kedua tahun ini, pasar yang lesu akan terus fokus pada inflasi, pengangguran, dan kenaikan suku bunga bersama dengan dampaknya terhadap laba perusahaan.
Saham yang turun melampaui jumlah yang naik untuk rasio 4,54 banding 1 di Bursa Efek New York, dan rasio 4,43 banding 1 di Nasdaq.
Indeks S&P mencatat satu saham tertinggi baru dalam 52 minggu dan 42 saham terendah baru, sedangkan Indeks Nasdaq mencatat sembilan saham tertinggi baru dan 305 saham terendah baru.
Baca juga: Wall Street berakhir turun, terseret saham pertumbuhan megacaps
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: