Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) menandatangani nota kesepahaman bersama aplikasi Octopus yang menangani persoalan sampah dengan pendekatan kelestarian lingkungan melalui komunitas para pelestari untuk menekan laju kemiskinan ekstrem.

Substansi nota kesepahaman tersebut bertujuan untuk melakukan pendampingan ekosistem pelestari maupun melalui wadah koperasi yang dilakukan LPDB-KUMKM, sehingga bisnis sampah daur ulang dapat terus meningkat dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

“Aplikasi ini merupakan sosio-entrepreneur yang dilahirkan oleh para anak muda yang mau memikirkan penanganan sampah sekaligus keinginan menaikkan derajat para pelestari maupun pengepul sampah,” ujar Direktur LPDB-KUMKM Supomo saat menghadiri peluncuran Octopus di M Bloc, Jakarta, lewat keterangan resmi, Kamis.

Octopus merupakan aplikasi garapan Moehammad Ichsan selaku Chief Executive Officer (CEO) dan Hamish Daud sebagai Co-Founder untuk mengelola sampah yang terintegrasi dengan pusat daur ulang sampah.

LPDB mengaku siap mendukung ekosistem Octopus melalui koperasi untuk melakukan pendampingan sebagai bagian upaya menekan angka kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut dia, kerja sama antara Octopus dan LPDB-KUMKM merupakan langkah strategis dalam memberikan perhatian terhadap para pelestari yang mendukung kelestarian lingkungan.

"LPDB-KUMKM hadir dalam rangka agar pelestari itu tergabung dan terwadahi dengan koperasi. Di sinilah peran LPDB-KUMKM masuk ke koperasinya sehingga para pelestari tidak akan memikirkan masalah barang dijualnya kemana, nanti koperasi yang berhubungan dengan market melalui Octopus," ungkapnya.

Selain mendukung kelestarian lingkungan, Supomo mengharapkan kolaborasi tersebut menjadi dukungan terhadap program-program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan ekstrem.

Dengan terwadahi melalui koperasi dan terhubung dengan industri daur ulang, lanjutnya, maka nilai jual terhadap produk-produk sampah bisa menjadi lebih tinggi karena memotong rantai distribusi yang terlalu panjang.

Baca juga: BRIN: Pengelolaan sampah dukung pengurangan emisi gas rumah kaca