Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Doddy Rahadi mengatakan pertumbuhan industri pengolahan mencapai 5,07 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01 persen pada triwulan I 2022.

"Sektor industri pengolahan memiliki peran dominan, mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,07 persen lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama," katanya dalam Temu Pelanggan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet dan Plastik (BBSPJIKKP) Kemenperin di Yogyakarta, Kamis.

Dia mengatakan kinerja sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 19,19 persen, menjadi kontributor terbesar dari semua sektor lapangan usaha.

Sementara kinerja ekspor industri non-migas sepanjang triwulan I 2022 mencapai 62,84 miliar dolar AS atau tumbuh 35 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 46,25 miliar dolar AS.

Baca juga: Airlangga: Industri berperan penting sebagai mesin pertumbuhan ekonomi

"Sektor industri non-migas memberikan kontribusi paling besar hingga 95,01 persen terhadap capaian total nilai ekspor sepanjang triwulan pertama 2022," katanya.

Untuk capaian ekspor dari sektor industri pengolahan, kata dia, berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia yang terus melanjutkan tren surplus.

"Kinerja neraca perdagangan yang kembali mencatatkan nilai surplus perlu disyukuri karena menjadi modal dalam menopang upaya pemulihan ekonomi nasional yang masih berlangsung," katanya.

Dia mengatakan Kementerian Perindustrian juga mencatat sepanjang triwulan I 2020 capaian ekspor untuk sub-sektor industri kulit, barang kulit, dan alas kaki sebesar 2,34 miliar dolar AS.

"Sedangkan nilai ekspor untuk sub-sektor industri karet, barang dari karet, dan plastik nilai mencapai 2,1 miliar dolar AS," katanya.

Baca juga: Kemenperin: Industri nasional tunjukkan capaian yang kompetitif