Denpasar (ANTARA) - Sanggar Seni Eka Satya Budaya dari Desa Kuwum, Kabupaten Tabanan, Bali, ingin menunjukkan dan mengedukasi penonton di Pesta Kesenian Bali 2022 terkait tari Joged Bumbung yang sesuai tradisi dan pakem.

"Kami ingin mengembalikan pakem Joged yang memang sudah diwariskan para pendahulu kita," kata Ketua Sanggar Seni Eka Satya Budaya I Made Suanta di Denpasar, Kamis.

Sanggar yang telah terbentuk sejak 2003 ini menampilkan lima penari Joged Bumbung. Kelima penari itu dengan gerakan begitu lincah, berhasil membius penonton yang memadati Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali.

Baca juga: Pesta Kesenian Bali perkuat pakem tradisi Joged Bumbung

Penonton pun bersorak-sorai ketika ada pengibing yang menampilkan gaya lucu atau ingin melakukan gerakan "nakal" kepada sang penari, namun dengan gesit berhasil ditangkis oleh penari Joged Bumbung.

Pada awal pementasan, kesempatan "mengibing" tidak diberikan kepada penonton, tetapi anggota Sanggar Seni Eka Satya Budaya yang langsung menjadi pengibing.

"Kami sengaja sudah menyiapkan pengibing sendiri, karena kami ingin memberikan contoh teknik-teknik mengibing yang benar, sesuai pakem dan etika," ucap Suanta.

Tak hanya dari gerakan penari Joged Bumbung, edukasi terhadap salah satu tari pergaulan Bali ini juga ditunjukkan dengan penggunaan busana. Kelima penari tampil menggunakan kebaya dan kamen (kain) yang digunakan pun tetap panjang menutupi betis.

Baca juga: Taman Penasar edukasi generasi muda Bali jaga kelestarian budaya

Menurut Suanta, untuk tampil di PKB, proses latihan sudah dilakukan sejak tiga bulan terakhir. "Untuk tampil ini, kami khusus menyiapkan tabuh-tabuh atau gending-gending baru agar tidak monoton," katanya.

Tahun ini menjadi kesempatan kelima kalinya bagi Sanggar Seni Eka Satya Budaya tampil di Pesta Kesenian Bali.

Sebagai sebuah sanggar seni, anggota sanggarnya juga kerap diundang ke berbagai kabupaten/kota di Bali ketika ada orang menikah, berulang tahun, orang yang naur sesangi (bernazar), hiburan di pura, acara-acara olahraga, hingga acara partai politik.

Meskipun para penari sudah membawakan gerakan tari sesuai pakem, ia tak menampik di lapangan masih ada saja masyarakat yang menjadi pengibing ingin melakukan gerakan yang lebih "berani" pada penari.

Baca juga: Pesta Kesenian Bali ke-44 libatkan 16 ribu seniman

Untuk jurus menghindar, para penari biasanya menggunakan cara-caranya menepis menggunakan kipas. Jika cara ini tidak digubris, kemudian jurus kedua dilakukan dengan membisiki pengibing.

Kalau pengibingnya masih bandel dan bertindak kelewatan, pihaknya juga menyiapkan tukang rangki, semacam satpam pementasan yang akan menegur.