Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Rabu (29/6), melaporkan penghimpunan dana di pasar modal sejak Januari hingga 28 Juni 2022 tercatat sebesar Rp102,9 triliun.

"Penghimpunan dana tersebut dengan emiten baru tercatat sebanyak 22 emiten," kata Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Saat ini, otoritas sedang mencermati dinamika ekonomi global dan perkembangan geopolitik yang penuh ketidakpastian.

Di tengah perkembangan tersebut, pasar saham Indonesia terpantau terkoreksi seiring dengan arus modal keluar di mayoritas negara berkembang sebagai bentuk risk off investor merespons peningkatan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed sebesar 75 basis poin (bps) pada Juni 2022.

Hingga 24 Juni 2022, OJK mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,5 persen jika dibandingkan dengan akhir Mei 2022 (month-to-date/mtd) ke level 7.043, dengan non residen mencatatkan arus modal keluar (outflow) sebesar Rp3,59 triliun.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), non residen mencatatkan outflow senilai Rp12,4 triliun sehingga mendorong rata-rata imbal hasil atau yield SBN
naik 5,2 bps (mtd) pada seluruh tenor.

Selain itu, OJK turut melaporkan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan terus meningkat hingga 9,03 persen pada Mei 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) untuk terus berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Pertumbuhan kredit didorong peningkatan pada kredit UMKM dan ritel. Adapun mayoritas sektor utama kredit mencatatkan kenaikan dengan yang terbesar pada sektor manufaktur sebesar 12,4 persen pada Mei 2022 jika dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan sektor perdagangan 12,1 persen (mtm).

Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Mei 2022 turut mencatatkan pertumbuhan 9,93 persen (yoy), yang didorong oleh kenaikan giro.

Di sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), penghimpunan premi sektor asuransi meningkat dengan penghimpunan premi asuransi jiwa bertambah Rp9,4 triliun, serta asuransi umum bertambah Rp13,1 triliun.

Selain itu, fintech peer to peer (P2P) lending pada Mei 2022 mencatatkan pertumbuhan outstanding pembiayaan tumbuh 84,7 persen (yoy) atau meningkat Rp1,49 triliun, dengan pembiayaan hingga Mei 2022 menjadi Rp40 triliun. Piutang pembiayaan tumbuh 4,5 persen (yoy) menjadi Rp379 triliun.

Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Mei 2022 masih terjaga dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) neto perbankan tercatat 0,85 persen dan NPL bruto 3,04 persen, serta rasio pembiayaan bermasalah perusahaan pembiayaan tercatat 2,8 persen.

DI sisi lain, OJK mencatat nilai restrukturisasi kredit COVID-19 semakin mengecil di Mei 2022 yakni Rp596,25 triliun dari April 2022 sebesar Rp606,39 triliun, dengan jumlah debitur yang menurun dari 3,26 juta pada April 2022 menjadi 3,13 juta debitur pada Mei 2022.

Dengan demikian OJK mencatat indikator perekonomian dan kinerja sektor jasa keuangan dalam kerangka stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik.

Ke depan, otoritas terus memperkuat kerja pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan dan senantiasa berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan khususnya dalam mengantisipasi peningkatan risiko eksternal.

Baca juga: BEI optimistis jumlah perusahaan IPO pada 2022 lampaui tahun lalu
Baca juga: Legislator dukung BPR cari pendanaan di pasar modal

Baca juga: OJK : Inklusi keuangan semakin cepat pengaruh digitalisasi