Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan teknologi Sistem Pemantauan Radiasi Nuklir untuk Keselamatan dan Keamanan (SPRKK) dapat mencegah potensi bahaya nuklir.

"Betapa pentingnya pengembangan detektor, karena bangsa kita adalah bangsa yang besar. Jadi, selain mampu mengembangkan iptek nuklir, harus juga dibarengi dengan kemampuan kita dalam menjamin keselamatan dan keamanan penduduk seluruhnya," kata pengembang teknologi nuklir ahli utama ORTN BRIN Kristedjo Kurnianto dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Rabu.

Kristedjo menuturkan SPRKK merupakan sistem pemantauan dan deteksi radiasi lingkungan baik secara kontinyu maupun real time, baik kondisi normal maupun kedaruratan.

Sistem tersebut dapat mencegah terjadinya kedaruratan nuklir yang berpotensi terjadi pada kasus Material Out of Regulatory Control, yaitu pencurian, penyalahgunaan, penyelundupan, terorisme, hingga malpraktek sumber radioaktif.

Baca juga: BRIN: Indonesia buat bahan bakar nuklir secara mandiri

Baca juga: BRIN: PLTN hasilkan energi listrik lebih efisien dengan emisi rendah


Kristedjo mengatakan setiap negara menggunakan sumber radioaktif dalam bidang medis dan industri, serta 20 juta pengiriman sumber radioaktif per tahun.

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Licensing dan Inspection System (Balis), terdapat lebih dari 13 ribu izin pemakaian sumber radioaktif.

Penggunaan sumber radioaktif di seluruh dunia tersebut dapat berpotensi memunculkan banyaknya tantangan dan ancaman bagi lingkungan terutama dalam perdagangan gelap dan penyimpangan penggunaannya.

"Kita melihat dan menyadari bahwa negara kita masih sangat bergantung, hampir semua produk (detektor) buatan negara luar, dan untuk merawat serta mengoperasikannya sering sekali masih sangat bergantung kepada negara asing. Itulah yang menjadi keprihatinan kita, ketika kami menginisiasi ke dalam program SPRKK ini, bagaimana kita bisa mandiri," ujarnya.

Oleh karena itu, penting untuk Indonesia terus mengembangkan sistem pemantauan radiasi untuk mencegah potensi bahaya nuklir. Hingga saat ini, dari 172 pelabuhan di Indonesia, Radiation Portal Monitors (RPM) hanya terpasang di tujuh pelabuhan.

Untuk itu, BRIN akan terus melakukan pengembangan dalam riset dan rekayasa program SPRKK nasional yang andal.

BRIN juga akan meningkatkan jejaring nasional baik internal BRIN maupun lintas kementerian/lembaga, serta jejaring internasional dalam bidang keselamatan dan keamanan radiasi nuklir agar dapat menciptakan SPRKK nasional yang andal dan mumpuni demi menjaga keselamatan, keamanan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Baca juga: Emil Salim: Keahlian bidang ketenaganukliran harus ditingkatkan

Baca juga: BRIN perkuat penguasaan teknologi nuklir