FAO dorong penerapan "fishway" untuk jamin ketersediaan ikan air tawar
29 Juni 2022 20:05 WIB
Kegiatan IFish Masterclass yang diadakan oleh FAO, KKP, dan Pemda Jawa Barat untuk membangun jalur laluan ikan guna menjamin ketersediaan ikan air tawar bisa bermigrasi dan berkembang biak di Indonesia. ANTARA/HO-FAO
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Dunia (FAO) bekerja sama dengan Pemda Jawa Barat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyelenggarakan proyek IFish untuk mendorong penerapan jalur laluan ikan atau fishway guna menjamin ketersediaan ikan air tawar agar tetap bisa bermigrasi dan berkembang biak.
“Kolaborasi antar institusi sangat penting dalam implementasi fishway di Indonesia. Keterlibatan pihak-pihak seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PUPR, lembaga penelitian perikanan, universitas, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan fishway di lapangan. Ke depan, melalui proyek IFish, FAO akan terus mengarusutamakan konsep fishway ke level kebijakan,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia Rajendra Aryal dalam keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan berbagai ikan yang bermigrasi di Indonesia terancam punah dikarenakan fragmentasi habitat akibat keberadaan bangunan melintang di sungai menjadi salah satu penyebab hilangnya sejumlah ikan bernilai ekonomi tinggi.
Salah satu ikan yang bermigrasi dan merupakan komoditas ekspor unggulan yaitu Sidat (Anguilla bicolor) yang hanya dapat berkembang biak dan memijah di lokasi tertentu. Keberadaan halangan untuk rute migrasi mereka akan menghambat perkembangbiakannya.
Pemerintah Jawa Barat dengan dukungan FAO dan KKP telah berkolaborasi dalam pembangunan fishway untuk menjamin keberlanjutan ikan air tawar di Jawa Barat. Untuk mengarusutamakan konsep fishway dalam kebijakan pemerintah, proyek IFish-FAO dan Pemerintah Daerah Jawa Barat mengadakan fishway masterclass pada 27-30 Juni 2022.
Kegiatan tersebut akan melibatkan para ahli internasional, untuk melatih para stakeholder dan praktisi dalam menyusun desain fishway yang akan diintegrasikan pada struktur bendung dan bendungan.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja menegaskan kembali pentingnya fishways untuk keberlanjutan spesies ikan dan konservasi di provinsi tersebut. “Jawa Barat memiliki beberapa potensi bendung dan bendungan, beberapa di antaranya terhubung dengan Sungai Citarum. Tentunya dapat menjadi perhatian organisasi FAO terkait dengan jalur laluan ikan ini," katanya.
Irigasi maupun ketersediaan ikan penting bagi ketahanan pangan masyarakat setempat. Kompleksitas terjadi ketika suatu struktur melintang yang penting bagi sistem irigasi kemudian dibangun dan menghalangi jalur migrasi jenis-jenis ikan tertentu.
Pembangunan fishway di bendung dan bendungan dinilai bisa menjadi solusi dalam menyediakan air untuk irigasi pertanian, serta akses migrasi bagi ikan. Keberadaan fishway akan mendukung asupan protein nabati dan hewani bagi masyarakat pedesaan yang sebagian besar masih bergantung pada hasil tangkapan ikan sungai untuk nutrisi sehari-hari.
Desain yang sedang dikembangkan di Bendung Caringin di Sungai Cibareno, Kabupaten Sukabumi merupakan sebuah terobosan besar karena dibuat berdasarkan pada data berkala mengenai karakter hidrologi sungai, jenis ikan yang bermigrasi, dan aspek hidrolik untuk mengontrol pergerakan arus air di sepanjang jalur ikan.
Baca juga: FAO apresiasi kinerja sektor pertanian Indonesia
Baca juga: FAO: Konflik Rusia-Ukraina dapat sebabkan belasan juta orang kelaparan
Baca juga: KKP dorong pembangunan jalur migrasi ikan dalam pembuatan bendungan
“Kolaborasi antar institusi sangat penting dalam implementasi fishway di Indonesia. Keterlibatan pihak-pihak seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PUPR, lembaga penelitian perikanan, universitas, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan fishway di lapangan. Ke depan, melalui proyek IFish, FAO akan terus mengarusutamakan konsep fishway ke level kebijakan,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia Rajendra Aryal dalam keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan berbagai ikan yang bermigrasi di Indonesia terancam punah dikarenakan fragmentasi habitat akibat keberadaan bangunan melintang di sungai menjadi salah satu penyebab hilangnya sejumlah ikan bernilai ekonomi tinggi.
Salah satu ikan yang bermigrasi dan merupakan komoditas ekspor unggulan yaitu Sidat (Anguilla bicolor) yang hanya dapat berkembang biak dan memijah di lokasi tertentu. Keberadaan halangan untuk rute migrasi mereka akan menghambat perkembangbiakannya.
Pemerintah Jawa Barat dengan dukungan FAO dan KKP telah berkolaborasi dalam pembangunan fishway untuk menjamin keberlanjutan ikan air tawar di Jawa Barat. Untuk mengarusutamakan konsep fishway dalam kebijakan pemerintah, proyek IFish-FAO dan Pemerintah Daerah Jawa Barat mengadakan fishway masterclass pada 27-30 Juni 2022.
Kegiatan tersebut akan melibatkan para ahli internasional, untuk melatih para stakeholder dan praktisi dalam menyusun desain fishway yang akan diintegrasikan pada struktur bendung dan bendungan.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja menegaskan kembali pentingnya fishways untuk keberlanjutan spesies ikan dan konservasi di provinsi tersebut. “Jawa Barat memiliki beberapa potensi bendung dan bendungan, beberapa di antaranya terhubung dengan Sungai Citarum. Tentunya dapat menjadi perhatian organisasi FAO terkait dengan jalur laluan ikan ini," katanya.
Irigasi maupun ketersediaan ikan penting bagi ketahanan pangan masyarakat setempat. Kompleksitas terjadi ketika suatu struktur melintang yang penting bagi sistem irigasi kemudian dibangun dan menghalangi jalur migrasi jenis-jenis ikan tertentu.
Pembangunan fishway di bendung dan bendungan dinilai bisa menjadi solusi dalam menyediakan air untuk irigasi pertanian, serta akses migrasi bagi ikan. Keberadaan fishway akan mendukung asupan protein nabati dan hewani bagi masyarakat pedesaan yang sebagian besar masih bergantung pada hasil tangkapan ikan sungai untuk nutrisi sehari-hari.
Desain yang sedang dikembangkan di Bendung Caringin di Sungai Cibareno, Kabupaten Sukabumi merupakan sebuah terobosan besar karena dibuat berdasarkan pada data berkala mengenai karakter hidrologi sungai, jenis ikan yang bermigrasi, dan aspek hidrolik untuk mengontrol pergerakan arus air di sepanjang jalur ikan.
Baca juga: FAO apresiasi kinerja sektor pertanian Indonesia
Baca juga: FAO: Konflik Rusia-Ukraina dapat sebabkan belasan juta orang kelaparan
Baca juga: KKP dorong pembangunan jalur migrasi ikan dalam pembuatan bendungan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: