Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan pihaknya sedang fokus mengembangkan model bisnis perhutanan sosial melalui koperasi agar ekonomi rakyat semakin berdaya dan mandiri.

"Petani skala kecil harus berhimpun dalam koperasi agar mempunyai posisi tawar yang kuat, integrasi usaha hulu-hilir dengan pelibatan kemitraan para pihak dalam rantai pasok (inclusive closed loop), adopsi teknologi, akses pembiayaan, terhubung dengan offtaker, dan memiliki tata kelola dan manajemen profesional," katanya dalam keterangan tertulis, saat Kongres Kehutanan Indonesia ke VII bertajuk "Strategi Sentra Bisnis UKM Kehutanan" di Jakarta, Selasa.

Kementerian Koperasi dan UKM juga sedang melakukan piloting komoditas prioritas yang diharapkan dapat ditiru khususnya di wilayah perhutanan sosial.

Beberapa piloting dilakukan melalui Koperasi Pesantren Al-Ittifaq yang mengakomodasi komoditas hortikultura dengan beranggotakan 1.267 orang yang menjadikan AEON, SuperIndo, dan Yogya Group sebagai offtaker.

Kedua ialah Koperasi Tani Hijau Makmur dengan komoditas pisang yang mampu mengekspor pisang mas sebanyak 114 kotak (box) setiap minggu per tahun dengan nilai ekspor 60.642 dolar AS.

"Ada pula koperasi pemasaran BUMR (Badan Usaha Milik Rakyat) Paramasera sebagai penghasil kacang koro yang mampu menjadi alternatif pengganti kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu (substitusi impor)," ujar Menkop Teten.

Piloting terakhir ialah Koperasi Sawit Unggul Sejahtera yang mampu menghasilkan produk luaran berupa minyak makan merah untuk mengatasi gizi buruk atau stunting terhadap anak.

“Pengelolaan sumber daya alam hutan dan lingkungan yang dikelola secara berkeadilan akan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, hingga memperkecil kesenjangan ekonomi antar wilayah,” ucap dia.