Garmisch-Partenkirchen, Jerman (ANTARA) - Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) mendesak China untuk menegakkan prinsip penyelesaian perselisihan secara damai dengan menekan Rusia untuk menghentikan invasi ke Ukraina dan membatalkan "klaim maritim yang luas" di Laut China Selatan.

China harus menekan Rusia untuk menarik pasukan dari Ukraina segera dan tanpa syarat, kata G7, merujuk pada putusan Mahkamah Internasional --bahwa Moskow harus menangguhkan operasi militernya-- serta resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam sebuah komunike yang dirilis setelah KTT G7 di Pegunungan Alpen Bavaria, tujuh negara terkaya di dunia itu menyuarakan keprihatinan serius tentang situasi di Laut China Timur dan Laut China Selatan, serta menentang upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan.

"Kami menekankan bahwa tidak ada dasar hukum untuk klaim maritim ekspansif China di Laut China Selatan," kata G7.

Para pemimpin G7 juga mengatakan mereka "sangat prihatin" tentang situasi hak asasi manusia di China, termasuk kerja paksa di Tibet dan Xinjiang.

China juga harus menghormati komitmennya untuk menegakkan hak, kebebasan, dan otonomi tingkat tinggi di Hong Kong, kata mereka.

Dalam bahasa yang belum pernah digunakan sebelumnya, para pemimpin G7 juga menyoroti kebijakan nonpasar Tiongkok yang, menurut mereka, mendistorsi ekonomi global.

Untuk itu, G7 berkomitmen untuk bekerja sama guna memastikan kesetaraan bagi bisnis dan pekerja mereka.


Sumber: Reuters

Baca juga: G7 akan kumpulkan 600 miliar dolar lawan Proyek Sabuk dan Jalan China

Baca juga: China kecam pernyataan G7 yang dianggap campuri urusan dalam negeri


Hadiri KTT G7 ke-48, Presiden Jokowi disambut Kanselir Jerman