New York (ANTARA) - Wall Street membukukan kenaikan solid pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong kinerja yang kuat dari saham-saham defensif dan teknologi yang mengatasi penurunan untuk kelompok-kelompok yang sensitif secara ekonomi karena berlanjutnya kekhawatiran tentang potensi resesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 194,23 poin atau 0,64 persen, menjadi menetap di 30.677,36 poin. Indeks S&P 500 bertambah 35,84 poin atau 0,95 persen, menjadi berakhir di 3.795,73 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 179,11 poin atau 1,62 persen, menjadi ditutup di 11.232,19 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor utilitas dan perawatan kesehatan masing-masing terdongkrak 2,35 persen dan 2,22 persen, melampaui sisanya. Sementara itu, sektor energi tergelincir 3,75 persen, menjadikannya kelompok berkinerja terburuk.

Indeks acuan S&P 500 berayun antara positif dan negatif selama sesi, tetapi saham-saham mulai bergerak menuju penutupan pasar. Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS turun ke posisi terendah dua minggu, mendukung saham-saham teknologi dan pertumbuhan sensitif suku bunga lainnya.

Perdagangan tetap bergejolak setelah S&P 500 minggu lalu mencatat penurunan persentase mingguan terbesar sejak Maret 2020. Investor mempertimbangkan seberapa jauh saham bisa jatuh setelah indeks awal bulan ini turun lebih dari 20 persen dari tertinggi sepanjang masa Januari, membenarkan definisi umum dari pasar bearish.

"Ada sejumlah besar ketidakpastian tentang prospek dan pasar bingung," kata Walter Todd, kepala investasi di Greenwood Capital di South Carolina.

Pada hari kedua bersaksi di depan Kongres, ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan komitmen The Fed untuk mengendalikan inflasi setinggi 40 tahun adalah "tanpa syarat" tetapi juga disertai dengan risiko pengangguran yang lebih tinggi.

Aktivitas bisnis AS melambat secara signifikan pada Juni karena inflasi yang tinggi dan penurunan kepercayaan konsumen mengurangi permintaan secara keseluruhan, sebuah survei pada Kamis (23/6/2022) menunjukkan.

"The Fed ingin melihat segala sesuatunya mulai melambat dan data mulai mencerminkan hal itu," kata James Ragan, direktur penelitian manajemen kekayaan di D.A. Davidson.

Analis Citigroup memperkirakan kemungkinan resesi global mendekati 50 persen.

“Pertumbuhan ekonomi melambat. Apakah akan cukup lambat untuk masuk ke resesi, itu pertanyaan besarnya,” kata Ragan.

Sektor energi merosot melanjutkan kemundurannya baru-baru ini setelah mengungguli pasar untuk sebagian besar tahun 2022. Penurunan Exxon Mobil dan Chevron adalah hambatan individu terbesar di S&P 500, dengan penurunan Exxon 3,0 persen dan Chevron jatuh 3,7 persen.

Sekitar 12,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 12,5 miliar selama 20 sesi terakhir.

Baca juga: Goldman Sachs lihat kemungkinan lebih besar resesi AS tahun depan