Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa dengan parameter pembaruan magnitudo (M) 5,1 yang terjadi pada Kamis, pukul 21.59 WIB di wilayah Laut Banda, Maluku, tidak berpotensi tsunami.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 6,40 derajat lintang selatan dan 130,24 derajat bujur timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 241 km arah barat laut Saumlaki, Maluku pada kedalaman 158 km.

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Ia mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi itu merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi dalam lempeng Banda.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust)," katanya.

Baca juga: BMKG fungsikan alat MAWS di Pelabuhan Multipurpose Labuan Bajo

Ia mengatakan berdasarkan estimasi peta guncangan, gempa bumi itu menimbulkan guncangan di daerah Amahai, Maluku Tengah dan Maluku Tenggara Barat dengan skala intensitas II-III MMI.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," katanya.

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Ia meminta warga memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (https://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), telegram channel (https://t.me/InaTEWS_BMKG) atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg, demikian Bambang Setiyo Prayitno.

Baca juga: BMKG: Cuaca saat ajang MXGP Samota cerah hingga hujan ringan
Baca juga: Hujan diprakirakan turun di sejumlah Kota Besar Indonesia
Baca juga: Keuskupan: Asmat manfaatkan kalender air BMKG untuk bertahan hidup