Kemenperin resmikan Desa Devisa Lada di Lampung
23 Juni 2022 22:07 WIB
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita saat acara Lagawi Fest. Pesawaran, Kamis (23/6/2022) ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Pesawaran (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan Desa Devisa Lada guna mengembangkan potensi ekspor lada hitam Lampung.
"Kebetulan kami punya kerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang mengakomodir kelompok atau desa yang punya potensi ekspor," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, di Pesawaran, Lampung, Kamis.
Dalam pelaksanaan pengembangan komoditas berpotensi ekspor, kata dia, Kabupaten Lampung Timur dipilih menjadi daerah percontohan.
"Untuk Desa Devisa Lada di Kabupaten Lampung Timur masih dalam proses pencarian pasar ekspor komoditas asli Lampung yaitu lada hitam," kata dia.
Baca juga: Gulirkan Program Desa Devisa, Kemenperin-LPEI genjot ekspor IKM
Reni menjelaskan selama ini untuk komoditas lada hitam belum mendapatkan penanganan yang baik, sehingga ia mengharapkan dengan adanya pencanangan Desa Devisa Lada akan memperbaiki kualitas komoditas tersebut.
"Selama ini kalau lada hitam penanganannya belum baik, sehingga daya simpan kurang. Jadi kita benahi bersama-sama untuk mengembangkan komoditas ini menjadi siap ekspor," ujar dia.
Selanjutnya, kata dia, program tersebut direncanakan tidak hanya terbatas di Kabupaten Lampung Timur, tetapi di daerah lain dan bisa juga digali untuk komoditas lain yang berpotensi ekspor.
Baca juga: Alasan lada disebut "raja rempah"
"Kita punya Program Indonesia Spice Up The World dengan target pembangunan restoran sebanyak 4.000 unit dan ini tentu membutuhkan rempah ataupun bumbu sehingga kita jadikan hal tersebut menjadi kegiatan industri," kata Reni.
Dengan adanya kolaborasi mengembangkan komoditas tersebut, ia mengharapkan lada hitam Lampung bisa mampu berdaya saing tinggi.
"LPEI punya pasar luas dan Kemenperin akan menyiapkan produknya agar berdaya saing. Jadi harapannya lada hitam Lampung tidak hanya di pasar lokal tapi bisa masuk pasar ekspor," ujar Reni.
Baca juga: DRI Lampung minta pemerintah ikut tingkatkan produktivitas lada hitam
"Kebetulan kami punya kerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang mengakomodir kelompok atau desa yang punya potensi ekspor," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, di Pesawaran, Lampung, Kamis.
Dalam pelaksanaan pengembangan komoditas berpotensi ekspor, kata dia, Kabupaten Lampung Timur dipilih menjadi daerah percontohan.
"Untuk Desa Devisa Lada di Kabupaten Lampung Timur masih dalam proses pencarian pasar ekspor komoditas asli Lampung yaitu lada hitam," kata dia.
Baca juga: Gulirkan Program Desa Devisa, Kemenperin-LPEI genjot ekspor IKM
Reni menjelaskan selama ini untuk komoditas lada hitam belum mendapatkan penanganan yang baik, sehingga ia mengharapkan dengan adanya pencanangan Desa Devisa Lada akan memperbaiki kualitas komoditas tersebut.
"Selama ini kalau lada hitam penanganannya belum baik, sehingga daya simpan kurang. Jadi kita benahi bersama-sama untuk mengembangkan komoditas ini menjadi siap ekspor," ujar dia.
Selanjutnya, kata dia, program tersebut direncanakan tidak hanya terbatas di Kabupaten Lampung Timur, tetapi di daerah lain dan bisa juga digali untuk komoditas lain yang berpotensi ekspor.
Baca juga: Alasan lada disebut "raja rempah"
"Kita punya Program Indonesia Spice Up The World dengan target pembangunan restoran sebanyak 4.000 unit dan ini tentu membutuhkan rempah ataupun bumbu sehingga kita jadikan hal tersebut menjadi kegiatan industri," kata Reni.
Dengan adanya kolaborasi mengembangkan komoditas tersebut, ia mengharapkan lada hitam Lampung bisa mampu berdaya saing tinggi.
"LPEI punya pasar luas dan Kemenperin akan menyiapkan produknya agar berdaya saing. Jadi harapannya lada hitam Lampung tidak hanya di pasar lokal tapi bisa masuk pasar ekspor," ujar Reni.
Baca juga: DRI Lampung minta pemerintah ikut tingkatkan produktivitas lada hitam
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: