Palembang (ANTARA) - Olahraga renang Indonesia tentu tak bisa mengabaikan keberadaan sosok Glenn Victor, perenang asal Jawa Barat yang sudah membela panji Merah Putih dalam delapan kali SEA Games.

Tak banyak atlet Indonesia yang bisa mencapai prestasi sebanyak itu jika tidak memulainya sejak usia belia.

Glenn yang diwawancarai dalam Live TikTok dengan Antara di Hanoi, beberapa waktu lalu, mengatakan dia mulai mengenal renang pada usia 6 tahun dari kedua orangtuanya yang juga menggilai olahraga ini.

Namun, kala itu ia tak seberapa suka sehingga memutuskan beralih ke olahraga tenis.

Setelah selang beberapa tahun giat di tenis, perenang yang mahir di gaya kupu-kupu dan punggung ini kembali lagi ke lintasan renang yakni tepatnya pada usia 12 tahun.

Debut pertamanya sebagai atlet renang dimulai ketika ia mengikuti Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barar di Indramayu. Dari sini, berbagai prestasi direngkuh Glenn.

Dengan segudang prestasi di usia junior itu, ia pun tak terbendung untuk masuk ke Pelatnas pada 16 tahun.

Setelah itu, puluhan keping medali dihasilkannya dalam mengharumkan nama daerah dan negara di berbagai kompetisi, mulai kejuaraan terbuka hingga ajang multicabang olahraga.

Atlet kelahiran Bandung, 7 November 1989 ini di antaranya meraih medali perak 100 meter gaya punggung dan medali perak estafet 4 x 100 meter pada SEA Games 2007, medali emas 100 meter gaya punggung pada SEA Games 2009.

Kemudian, dua medali emas dan satu perak pada Hong Kong Open 2010, medali perak 50 meter gaya punggung dan medali emas estafet 4 x 100 meter pada SEA Games 2011, medali perak pada SEA Games di Singapura 2015 dan medali emas di nomor 100 meter gaya kupu-kupu di PON XX Papua 2021.

Terakhir, pada SEA Games Vietnam di Hanoi, 12-23 Mei 2022, ia berhasil menggondol satu perak dan satu perunggu atau berkontribusi pada total perolehan medali Indonesia yakni dua medali emas, tiga medali perak dan 10 medali perunggu pada ajang olahraga antarbangsa Asia Tenggara itu.


Baca juga: Raih emas, Glenn Viktor tak puas dengan torehan waktu PON Papua



Kerja keras

Tak mudah menjadi atlet renang, selain dibutuhkan fisik yang bugar juga dituntut untuk konsisten dalam berlatih.

Setidaknya, perenang berada di lintasan selama enam jam yang dibagi dalam dua sesi latihan, yakni pagi dan sore hari.

Atlet dengan tinggi badan 183 cm ini mengungkapkan dalam satu kali sesi latihan, perenang akan bolak-balik di lintasan sampai 60 kali.

“Bisa kebayang kan bagaimana capeknya, dan setelahnya harus benar-benar istirahat agar bisa latihan lagi,” kata Glenn.

Sejak memutuskan menjadi atlet, ayah satu anak ini pun menerapkan pola hidup sehat dengan beristirahat yang cukup dan mengatur pola makan serta selalu memperhatikan asupan gizi.

Tak ada istilah begadang dalam kehidupannya. Sebagai bukti nyatanya, ia memutuskan hanya tinggal di Jakarta seorang diri di saat mengikuti Pelatnas di Jakarta, sementara keluarga tetap berada di Bandung

“Saya pikir, tidak ada gunanya juga. Saya jam 8 malam sudah tidur, terus pagi udah latihan lagi. Pulang latihan pagi, saya tidur dulu dan sorenya latihan lagi, kasihan keluarga tidak dapat waktu saya,” kata dia.

Glenn pun sangat beruntung memiliki kedua orangtua dan istri yang sangat mendukung karirnya sebagai atlet. Hingga kini, ia pun belum memutuskan untuk pensiun meski usia sudah 33 tahun.

Bagi suami Adeline Makhmutova, renang masih memberikan harapan yang menjanjikan baginya karena performa di lintasan sejauh ini masih dinilai baik.

Glenn pun masih terpilih masuk dalam skuad Indonesia pada Kejuaraan Dunia di Hongaria tahun 2022, pada Juni ini.

Menurut dia, asalkan atlet dapat menjaga kondisi maka masa karir bisa bertahan hingga usia 35 tahun. “Saya berharap bisa satu kali lagi ikut SEA Games,” kata Glenn.


Teknologi

Namun, ada satu hal yang mengganjal di hati Glenn mengenai masa depan olahraga renang Indonesia.

Indonesia yang memiliki segudang atlet muda berbakat kini tertinggal jauh dari Singapura. Faktanya, Singapura meraih 21 emas pada SEA Games Vietnam, sementara Indonesia hanya dua emas.

Baginya, Indonesia tak boleh lagi menunda dalam penerapan teknologi dalam olahraga renang, mulai dari penggunaan kamera bawah air hingga statistik data analis atlet berbasis aplikasi.

Dengan modal dua perenang muda yang dimiliki Indonesia yakni Masniari Wolf (16 tahun) dan Flairene Candrea (17 tahun) yang meraih medali emas pada SEA Games Vietnam lalu, Indonesia dipastikan bisa kembali menuai kesuksesan seperti era Richard Sambera asalkan mau mengubah pola latihan.

“Ini modal bagus sekali buat Indonesia di masa datang, tapi kita tak bisa lagi melakukan cara-cara lama dab harus mengadopsi teknologi,” ujar dia.

Sejujurnya Glenn mengatakan kecewa atas persiapan Indonesia di arena SEA Games Vietnam.

Meski sudah mempersiapkan diri lebih kurang dua tahun, ia menilai tak dapat memberikan hasil maksimal pada arena pertandingan lantaran belum adanya penerapan teknologi dalam sistem latihan di Pelatnas.

“SEA Games ini agak kacau, ada yang bilang seharusnya taper (pengurangan volume latihan menjelang bertanding) kami lebih dipanjangin lagi. Tapi ada yang bilang juga karena intensitas latihan terlalu rendah saat Pelatnas. Seharusnya ini bisa diatasi jika sudah menerapkan teknologi yang berbasis sport science,” kata dia.

Demikianlah Glenn, semangatnya masih tinggi layaknya atlet usia 17 tahun untuk terus mengharumkan nama bangsa dan negara. Tapi, dalam relung hatinya, ia pun tahu bahwa masa menjadi olahragawan itu ada batasnya, dan ia berharap para pengganti mengalami periode yang lebih baik dari dirinya.


Baca juga: Glenn Victor fokus gerakan dalam air
Baca juga: Glenn Victor belum berencana pensiun