Angela harap ekosistem bisnis kuliner lebih inklusif melalui FSI 2022
23 Juni 2022 09:32 WIB
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo (tengah) melihat produk salah satu peserta FoodStartUp Indonesia 2022 di The Westin Nusa Dua, Bali, Rabu (22/6/2022). ANTARA/HO-Kemenparekraf/aa.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mengharapkan melalui ajang FoodStartUp Indonesia (FSI) 2022, ekosistem ekonomi kreatif (ekraf) terutama di subsektor kuliner dapat lebih berkelanjutan, inklusif, dan bermanfaat.
“Jadi yang paling utama bukan siapa pemenangnya, tetapi kita bisa mengambil ilmu yang baru dari FSI ini dan kita bisa mengambil peluang kerja sama usaha baru dan kolaborasi baru,” ujar dia pada Demoday FSI 2022 di Bali lewat keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Ia mengharapkan ajang tersebut dapat membuka kolaborasi baru antara investor dan pelaku kuliner di Indonesia.
Baca juga: Angela: Pariwisata keberlanjutan wajib diterapkan demi kelestarian
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendukung pengembangan industri kuliner karena dari 17 subsektor ekraf, kuliner berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) ekraf terbesar secara konsisten.
Berdasarkan data, subsektor kuliner menyumbang Rp455,44 triliun atau sekitar 41 persen dari total PDB ekonomi kreatif sebesar Rp1.134,9 triliun pada tahun 2020. Selain itu juga menyerap tenaga kerja terbesar di sektor ekraf sebesar 9,5 juta pekerja.
Bila dilihat dari potensi, lanjutnya, kuliner juga berfungsi untuk melestarikan budaya, diplomasi budaya melalui gastronomi, dan membantu pariwisata Indonesia.
“Oleh karena itu, Kemenparekraf memiliki berbagai program untuk mendukung industri kuliner di Tanah Air untuk meningkatkan resiliensi pelaku kuliner selama pandemi COVID-19 dengan digitalisasi dan untuk meningkatkan daya saing, baik secara nasional maupun global. Salah satunya melalui program Spice Up the World dan tentunya FSI,” katanya.
Tahun 2022, FSI diselenggarakan beriringan dengan Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Conference yang menjadi side event dari G20. Hal tersebut dilakukan agar peluang dan eksposur bagi peserta FSI kian terbuka lebar.
Baca juga: Demoday FSI 2022 tingkatkan kolaborasi pengembangan industri kuliner
Angela juga mendorong pelaku usaha kuliner Kemenparekraf bergabung dalam program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BII). “Program tersebut telah membantu usaha miikro kecil dan menengah untuk masuk ke platform digital atau on boarding,” ungkap Wamenparekraf.
FSI Indonesia merupakan agenda tahunan Kemenparekraf yang diselenggarakan sejak tahun 2016 untuk mempertemukan pelaku ekraf subsektor kuliner dengan akses permodalan/pembiayaan. Dengan demikian, diharapkan terjadi peningkatan percepatan pertumbuhan ekraf kuliner dan pembukaan lapangan kerja di Indonesia.
Program itu telah memberikan kontribusi bagi subsektor kuliner dengan catatan sekitar 25 ribu pelaku ekraf kuliner terlibat, 3.200-an proposal pitching untuk membangun usaha, dan Rp65 miliar dana investasi bergulir.
“Jadi yang paling utama bukan siapa pemenangnya, tetapi kita bisa mengambil ilmu yang baru dari FSI ini dan kita bisa mengambil peluang kerja sama usaha baru dan kolaborasi baru,” ujar dia pada Demoday FSI 2022 di Bali lewat keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Ia mengharapkan ajang tersebut dapat membuka kolaborasi baru antara investor dan pelaku kuliner di Indonesia.
Baca juga: Angela: Pariwisata keberlanjutan wajib diterapkan demi kelestarian
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendukung pengembangan industri kuliner karena dari 17 subsektor ekraf, kuliner berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) ekraf terbesar secara konsisten.
Berdasarkan data, subsektor kuliner menyumbang Rp455,44 triliun atau sekitar 41 persen dari total PDB ekonomi kreatif sebesar Rp1.134,9 triliun pada tahun 2020. Selain itu juga menyerap tenaga kerja terbesar di sektor ekraf sebesar 9,5 juta pekerja.
Bila dilihat dari potensi, lanjutnya, kuliner juga berfungsi untuk melestarikan budaya, diplomasi budaya melalui gastronomi, dan membantu pariwisata Indonesia.
“Oleh karena itu, Kemenparekraf memiliki berbagai program untuk mendukung industri kuliner di Tanah Air untuk meningkatkan resiliensi pelaku kuliner selama pandemi COVID-19 dengan digitalisasi dan untuk meningkatkan daya saing, baik secara nasional maupun global. Salah satunya melalui program Spice Up the World dan tentunya FSI,” katanya.
Tahun 2022, FSI diselenggarakan beriringan dengan Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Conference yang menjadi side event dari G20. Hal tersebut dilakukan agar peluang dan eksposur bagi peserta FSI kian terbuka lebar.
Baca juga: Demoday FSI 2022 tingkatkan kolaborasi pengembangan industri kuliner
Angela juga mendorong pelaku usaha kuliner Kemenparekraf bergabung dalam program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BII). “Program tersebut telah membantu usaha miikro kecil dan menengah untuk masuk ke platform digital atau on boarding,” ungkap Wamenparekraf.
FSI Indonesia merupakan agenda tahunan Kemenparekraf yang diselenggarakan sejak tahun 2016 untuk mempertemukan pelaku ekraf subsektor kuliner dengan akses permodalan/pembiayaan. Dengan demikian, diharapkan terjadi peningkatan percepatan pertumbuhan ekraf kuliner dan pembukaan lapangan kerja di Indonesia.
Program itu telah memberikan kontribusi bagi subsektor kuliner dengan catatan sekitar 25 ribu pelaku ekraf kuliner terlibat, 3.200-an proposal pitching untuk membangun usaha, dan Rp65 miliar dana investasi bergulir.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: