Melalui komunitas itu, masyarakat setempat memanfaatkan air hujan untuk menunjang kebutuhan hidup dan upaya mitigasi bencana.
“Apabila terjadi bencana, yang paling sulit adalah kebutuhan pokok termasuk air. Upaya ini menjadi salah satu solusi dengan pemanfaatan air hujan yang sebetulnya dapat langsung dikonsumsi tapi diolah kembali dengan teknologi sederhana sehingga dapat dirasakan manfaatnya lebih luas,” ujar Suharyanto dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta.
Suharyanto juga mengatakan bahwa pemanfaatan air hujan juga dapat memperkuat upaya pencegahan dalam menghadapi potensi bencana.
“Walaupun sudah memasuki pertengahan tahun dimana seharusnya sudah musim kemarau, namun masih sering terjadi hujan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi dampak di daerah rawan banjir dan sebagai cadangan kebutuhan bagi daerah rawan kekeringan,” kata dia.
Baca juga: Di Sleman ada Sekolah Air Hujan
Suharyanto menegaskan bahwa BNPB mendukung dan meminta Sekolah Banyu Bening yang merupakan gerakan murni dari masyarakat, untuk tidak berhenti dalam mengedukasi serta menyebarkan manfaat baik serta air hujan dalam menopang kehidupan masyarakat.
“Jangan berhenti, jangan bosan, tetap bergerak maju untuk menyebarkan manfaat baik air hujan bagi kehidupan masyarakat,” ujar dia.
BNPB memberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp15 juta, bantuan protokol kesehatan berupa hand sanitizer 500 botol dan masker 1.000 lembar serta paket bantuan sembako kepada masyarakat dalam komunitas Banyu Bening.
Kunjungan kerja Kepala BNPB turut dihadiri oleh Inspektur Utama BNPB Tetty Saragih, Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, tenaga ahli dan koordinator pengendalian operasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Baca juga: Menabung air hujan dengan drainase vertikal