Presiden: Jangan sampai ada lahan terlantar tidak ditanami apa-apa
22 Juni 2022 19:45 WIB
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo meninjau Persemaian Mentawir di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, bersama sejumlah pemred media massa nasional, Rabu (22/6/2022). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/am.
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan di lahan-lahan terlantar guna memitigasi dampak negatif tekanan rantai pasok komoditas pangan di pasar global.
"Saya hanya ingin titip, sampaikan kepada masyarakat, pada rakyat bahwa yang namanya sekarang ini jangan sampai ada lahan yang terlantar tidak ditanami apa-apa," kata Presiden Jokowi saat membuka Kongres XXXII & MPA XXXI PMKRI di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu, yang dikutip dari tayangan daring.
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat untuk menanam komoditas pangan yang bisa cepat berproduksi, seperti singkong ataupun jagung. Dengan memiliki sumber produksi pangan sendiri, masyarakat akan memiliki ketahanan sumber pangan, sehingga terjaga dari tekanan pasokan komoditas pangan di pasar global.
"Yang gampang-gampang saja, jagung 3 bulan sudah bisa panen, singkong juga 3 bulan sudah panen. Tanami cepat-cepat karena kita tidak tahu situasi, perubahan iklim dan lain-lain," kata Presiden.
Baca juga: Presiden sampaikan tiga fokus ubah ancaman krisis pangan jadi peluang
Situasi yang tidak menentu tersebut seperti potensi fenomena El Nino, ataupun La Nina yang dapat mengancam produksi dan mengganggu ketersediaan barang pangan baik secara global maupun domestik.
“Sampaikan kepada masyarakat pentingnya sekarang ini menanam apapun yang berkaitan dengan pangan,” ujar Presiden Jokowi.
Jika masyarakat dapat memproduksi komoditas pangan sendiri, Presiden mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia akan berlebih stok barang pangan. Dengan begitu, Indonesia dapat memutarbalikkan ancaman krisis pangan menjadi peluang ekspor pangan.
“Kalau memang nanti melimpah hasilnya, tidak apa-apa diekspor membantu negara lain, tapi juga bayar. Inilah situasi dan keadaan yang apa adanya harus saya sampaikan,” kata Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menjelaskan seluruh pihak harus hati-hati soal pangan karena ketidakpastian pasokan pangan terus meningkat di pasar global.
Baca juga: Presiden: Hasil pemanfaatan anggaran ketahanan pangan harus konkret
Ia mencontohkan pada Januari 2022 hanya ada tiga negara yang menyetop ekspor pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan pada pertengahan Juni 2022 jumlah negara yang menyetop ekspor pangan meningkat menjadi 23 negara karena masing-masing negara ingin menjaga stok pangan guna memenuhi kebutuhan domestik.
“Dari 3 melompat menjadi 23 negara. Setop, 'saya nggak mau beras saya, kita jual, ekspor ke negara lain', gandum setop simpan semuanya karena semua jaga-jaga semuanya,” ujar Presiden Jokowi.
Sementara itu, Indonesia sudah tiga tahun tidak mengimpor beras, katanya.
"Dan kita memiliki banyak alternatif bahan pokok pendamping, di Papua ada sagu, di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat ada jagung dan sorgum, di Jawa ada porang, ada umbi-umbian, ini yang patut kita syukuri kita dianugerahi oleh Tuhan betapa melimpah bahan makanan kita," jelas Presiden Jokowi.
Baca juga: Presiden ingatkan sudah 22 negara stop ekspor pangan
"Saya hanya ingin titip, sampaikan kepada masyarakat, pada rakyat bahwa yang namanya sekarang ini jangan sampai ada lahan yang terlantar tidak ditanami apa-apa," kata Presiden Jokowi saat membuka Kongres XXXII & MPA XXXI PMKRI di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu, yang dikutip dari tayangan daring.
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat untuk menanam komoditas pangan yang bisa cepat berproduksi, seperti singkong ataupun jagung. Dengan memiliki sumber produksi pangan sendiri, masyarakat akan memiliki ketahanan sumber pangan, sehingga terjaga dari tekanan pasokan komoditas pangan di pasar global.
"Yang gampang-gampang saja, jagung 3 bulan sudah bisa panen, singkong juga 3 bulan sudah panen. Tanami cepat-cepat karena kita tidak tahu situasi, perubahan iklim dan lain-lain," kata Presiden.
Baca juga: Presiden sampaikan tiga fokus ubah ancaman krisis pangan jadi peluang
Situasi yang tidak menentu tersebut seperti potensi fenomena El Nino, ataupun La Nina yang dapat mengancam produksi dan mengganggu ketersediaan barang pangan baik secara global maupun domestik.
“Sampaikan kepada masyarakat pentingnya sekarang ini menanam apapun yang berkaitan dengan pangan,” ujar Presiden Jokowi.
Jika masyarakat dapat memproduksi komoditas pangan sendiri, Presiden mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia akan berlebih stok barang pangan. Dengan begitu, Indonesia dapat memutarbalikkan ancaman krisis pangan menjadi peluang ekspor pangan.
“Kalau memang nanti melimpah hasilnya, tidak apa-apa diekspor membantu negara lain, tapi juga bayar. Inilah situasi dan keadaan yang apa adanya harus saya sampaikan,” kata Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menjelaskan seluruh pihak harus hati-hati soal pangan karena ketidakpastian pasokan pangan terus meningkat di pasar global.
Baca juga: Presiden: Hasil pemanfaatan anggaran ketahanan pangan harus konkret
Ia mencontohkan pada Januari 2022 hanya ada tiga negara yang menyetop ekspor pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan pada pertengahan Juni 2022 jumlah negara yang menyetop ekspor pangan meningkat menjadi 23 negara karena masing-masing negara ingin menjaga stok pangan guna memenuhi kebutuhan domestik.
“Dari 3 melompat menjadi 23 negara. Setop, 'saya nggak mau beras saya, kita jual, ekspor ke negara lain', gandum setop simpan semuanya karena semua jaga-jaga semuanya,” ujar Presiden Jokowi.
Sementara itu, Indonesia sudah tiga tahun tidak mengimpor beras, katanya.
"Dan kita memiliki banyak alternatif bahan pokok pendamping, di Papua ada sagu, di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat ada jagung dan sorgum, di Jawa ada porang, ada umbi-umbian, ini yang patut kita syukuri kita dianugerahi oleh Tuhan betapa melimpah bahan makanan kita," jelas Presiden Jokowi.
Baca juga: Presiden ingatkan sudah 22 negara stop ekspor pangan
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: