Moskow (ANTARA) - Mata uang rubel melonjak ke level terkuatnya dalam tujuh tahun terhadap dolar dan euro pada perdagangan Rabu, didukung oleh kontrol modal, periode pajak mendatang yang menguntungkan dan surplus perdagangan Rusia.

Pada pukul 07.34 GMT, rubel menguat 1,4 persen terhadap dolar pada 53,07, sebelumnya menguat menjadi 52,80, angka terkuat sejak Juni 2015.

Rubel juga melonjak 1,6 persen untuk diperdagangkan pada 55,36 terhadap euro, poin terkuat sejak Mei 2015.

Rubel, yang telah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia tahun ini, didorong oleh pendapatan tinggi Rusia dari ekspor komoditas, penurunan tajam dalam impor dan larangan rumah tangga menarik tabungan mata uang asing.

Pembuat kebijakan terkemuka menggunakan forum ekonomi tahunan Rusia di St Petersburg pekan lalu untuk menyoroti kekuatan rubel baru-baru ini. Ada kekhawatiran penguatan ini dapat membebani ekonomi karena mengarah ke resesi di tengah sanksi keras atas apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Rubel juga ditopang oleh perusahaan-perusahaan yang harus membayar pajak awal minggu depan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor, itu berarti mengubah pendapatan dolar dan euro menjadi rubel.

"Faktor-faktor seperti neraca perdagangan yang kuat dan periode pembayaran pajak saat ini mendukung rubel," kata Otkritie Research. "Artinya, tidak ada alasan bagi rubel untuk melemah."

Indeks saham Rusia beragam, sebagian terhambat oleh harga minyak, yang turun tajam ke level terendah lebih dari satu bulan. Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 4,4 persen menjadi 109,6 dolar AS per barel.

Sementara itu, Promsvyazbank mengatakan bahwa rubel yang kuat menghambat pertumbuhan perusahaan-perusahaan komoditas, memberikan tekanan pada pasar saham secara keseluruhan.

Indeks RTS dalam denominasi dolar naik 0,8 persen menjadi 1.390,4 poin, sebelumnya memangkas level tertinggi empat bulan, tetapi indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,5 persen pada 2.347,6 poin.