Denpasar (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Udayana Dr Ida Bagus Rai Putra mengatakan bahwa satua (cerita) Bali melalui penceritanya memiliki kekuatan yang ampuh untuk menanamkan nilai pendidikan budi pekerti dan karakter kebangsaan pada anak-anak.

"Dengan satua Bali dimasukkan dalam agenda Pesta Kesenian Bali, kami harapkan dapat menjadi corong ke masyarakat bahwa satua Bali merupakan salah satu wahana pendidikan budi pekerti ala Bali," kata Rai Putra di Denpasar, Rabu.

Oleh karena itu, Rai Putra saat menjadi narasumber dalam Kriyaloka (Lokakarya) Mesatua Bali di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali itu mengajak para orang tua agar mulai tergerak lagi untuk rajin bercerita atau mesatua Bali pada anak-anaknya.

Baca juga: Taman Penasar edukasi generasi muda Bali jaga kelestarian budaya

"Satua Bali mewakili nilai-nilai kerakyatan, apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilaksanakan oleh masyarakat Bali, dengan esensinya perbuatan yang baik dan buruk," ucapnya.

Satua-satua Bali yang ada, sekaligus mencerminkan keyakinan masyarakat Bali terhadap hukum karma phala yang mengajarkan pada kita agar berbuat baik dan menghindari diri dari hal-hal yang buruk.

"Mengapa satua Bali ampuh untuk menanamkan pendidikan budi pekerti karena seperti yang disampaikan dalam sejumlah teori pendidikan bahwa terbentuknya budi pekerti anak sangat dipengaruhi dari kebiasaan yang mereka lihat, dengar, dan rasakan," ujarnya.

Jadi, ketika semakin sering anak-anak mendengarkan satua Bali, maka amanat dalam satua Bali akan dengan sendirinya tertransmisikan atau diteruskan secara mentradisi, serta nilai budi pekerti menurun dari generasi ke generasi.

"Melalui satua Bali, dapat pula merangsang imajinasi-imajinasi, kreativitas dan berpikir kritis dari anak-anak melalui pemahaman terhadap tokoh cerita, alur cerita, tema dan amanat cerita yang didengarkan," katanya.

Baca juga: Remaja Bali lestarikan lukisan klasik Wayang Kamasan di pesta kesenian

Rai Putra menambahkan, satua Bali sekaligus dapat memperkuat karakter kebangsaan pada anak-anak karena yang dibahas dalam satua juga soal Ketuhanan, kemanusiaan, rasa persaudaraan, kerakyatan, dan masalah-masalah keadilan dalam bingkai ajaran Tri Hita Karana.

Anak-anak, lanjut dia, menjadi mudah mencerna pendidikan budi pekerti pada satua Bali karena memang pada umumnya satua Bali memiliki alur yang lurus dan tidak menjelimet, sehingga gampang diketahui mana perbuatan baik dan buruk dari para tokoh di satua tersebut.

"Satua Bali yang mengandung pendidikan budi pekerti di antaranya ada Timun Mas, Siap Sangkur Mataluh Mas, Siap Selem, Tuung Kuning, I Bawang Teken I Kesuna," katanya.

Khusus dalam ajang PKB ke-44 kali ini juga disampaikan satua Bali berjudul Lutung teken Kakua, Kedis Cangak Mati Baan Lobane, dan Angsa teken Kerkuak. Satua Bali tersebut dibawakan oleh para juara lomba mesatua Bali.

Menurut Rai Putra, tiga judul satua Bali tersebut tak saja sarat dengan nilai budi pekerti, tetapi juga dikaitkan dengan tema pelaksanaan PKB tahun ini yakni Danu Kerthi: Huluning Amreta, Memuliakan Air Sumber Kehidupan.

Baca juga: Lomba membuat "loloh" tarik minat pemuda Bali tekuni warisan leluhur

"Selain kaya khasanah pendidikan budi pekerti, dari satua Bali kita juga bisa terlatih untuk memiliki kemampuan berbahasa Bali yang baik," katanya melanjutkan.

Ia menyarankan satua Bali juga dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi dan disampaikan melalui berbagai kanal media sosial seperti YouTube, TikTok, dan sebagainya agar dapat lebih menarik minat generasi muda.