Bank Dunia: Sektor keuangan RI masih rentan terhadap risiko global
22 Juni 2022 10:42 WIB
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam acara Peluncuran Laporan "Indonesia Economic Prospects June 2022" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (22/6/2022). ANTARA/Agatha Olivia.
Jakarta (ANTARA) - Bank Dunia menilai sektor keuangan Indonesia saat ini masih rentan terhadap risiko global, relatif kecil, dan mahal, sehingga menjadi kekurangan struktural yang menghambat pembangunan sektor tersebut.
"Namun sektor keuangan Indonesia telah menunjukkan fundamental makro keuangan yang solid selama masa pandemi COVID-19," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam acara Peluncuran Laporan "Indonesia Economic Prospects June 2022" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menuturkan pembuat kebijakan memiliki tiga peluang untuk mengatasi risiko dan kendala yang ada dalam sektor keuangan di tanah air.
Peluang pertama adalah meningkatkan permintaan dan penawaran sektor keuangan yang membutuhkan perluasan sumber pendanaan dengan menumbuhkan basis investor institusional dan memastikan akses ke layanan keuangan digital.
Hal tersebut, kata Satu, pada gilirannya akan memungkinkan peminjaman dan penggunaan jasa keuangan, serta akan memfasilitasi pengembangan instrumen keuangan hijau baru untuk mendukung transisi rendah karbon.
Selanjutnya peluang kedua yang dimiliki otoritas adalah meningkatkan alokasi sumber daya melalui sektor keuangan.
"Layanan keuangan digital yang luas, promosi persaingan di sektor perbankan, dan pembentukan infrastruktur keuangan yang sehat, menjadi kunci yang dapat membantu menyalurkan tabungan ke dalam investasi yang paling produktif dengan cara yang lebih murah, cepat, aman, dan transparan," ungkapnya.
Ia melanjutkan peluang ketiga yang dimiliki para pembuat kebijakan di Indonesia adalah memperkuat kapasitas sektor keuangan untuk menahan guncangan finansial dan nonfinansial.
Langkah tersebut penting bagi sektor keuangan untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, menilai dan mengelola risiko, serta mendukung sektor riil yang merupakan tugas sektor keuangan.
Kekuatan regulasi keuangan termasuk pengawasan terintegrasi dan perlindungan hukum pengawas, serta kerangka kesiapsiagaan dan resolusi krisis penting untuk memastikan stabilitas sektor keuangan di Indonesia.
Lebih lanjut, Satu mengatakan guncangan terkait iklim yang sangat rentan terjadi di Indonesia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas sektor keuangan dan memerlukan manajemen risiko yang memadai.
Untuk mengoperasionalkan ketiga peluang tersebut, reformasi perlu difokuskan pada peningkatan kedalaman, peningkatan efisiensi, dan penguatan ketahanan sistem keuangan.
"Dalam perekonomian modern, sektor keuangan dianggap sebagai tulang punggung perluasan kegiatan ekonomi. Jika tidak segera diatasi, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi," tegas Satu.
Baca juga: Sri Mulyani: Pengetatan moneter yang cepat tak jinakkan inflasi
Baca juga: BI: Industri asuransi dan dana pensiun beli SBN hingga Rp83,2 triliun
Baca juga: RI dorong peningkatan aksesibilitas instrumen keuangan berkelanjutan
"Namun sektor keuangan Indonesia telah menunjukkan fundamental makro keuangan yang solid selama masa pandemi COVID-19," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam acara Peluncuran Laporan "Indonesia Economic Prospects June 2022" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menuturkan pembuat kebijakan memiliki tiga peluang untuk mengatasi risiko dan kendala yang ada dalam sektor keuangan di tanah air.
Peluang pertama adalah meningkatkan permintaan dan penawaran sektor keuangan yang membutuhkan perluasan sumber pendanaan dengan menumbuhkan basis investor institusional dan memastikan akses ke layanan keuangan digital.
Hal tersebut, kata Satu, pada gilirannya akan memungkinkan peminjaman dan penggunaan jasa keuangan, serta akan memfasilitasi pengembangan instrumen keuangan hijau baru untuk mendukung transisi rendah karbon.
Selanjutnya peluang kedua yang dimiliki otoritas adalah meningkatkan alokasi sumber daya melalui sektor keuangan.
"Layanan keuangan digital yang luas, promosi persaingan di sektor perbankan, dan pembentukan infrastruktur keuangan yang sehat, menjadi kunci yang dapat membantu menyalurkan tabungan ke dalam investasi yang paling produktif dengan cara yang lebih murah, cepat, aman, dan transparan," ungkapnya.
Ia melanjutkan peluang ketiga yang dimiliki para pembuat kebijakan di Indonesia adalah memperkuat kapasitas sektor keuangan untuk menahan guncangan finansial dan nonfinansial.
Langkah tersebut penting bagi sektor keuangan untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, menilai dan mengelola risiko, serta mendukung sektor riil yang merupakan tugas sektor keuangan.
Kekuatan regulasi keuangan termasuk pengawasan terintegrasi dan perlindungan hukum pengawas, serta kerangka kesiapsiagaan dan resolusi krisis penting untuk memastikan stabilitas sektor keuangan di Indonesia.
Lebih lanjut, Satu mengatakan guncangan terkait iklim yang sangat rentan terjadi di Indonesia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas sektor keuangan dan memerlukan manajemen risiko yang memadai.
Untuk mengoperasionalkan ketiga peluang tersebut, reformasi perlu difokuskan pada peningkatan kedalaman, peningkatan efisiensi, dan penguatan ketahanan sistem keuangan.
"Dalam perekonomian modern, sektor keuangan dianggap sebagai tulang punggung perluasan kegiatan ekonomi. Jika tidak segera diatasi, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi," tegas Satu.
Baca juga: Sri Mulyani: Pengetatan moneter yang cepat tak jinakkan inflasi
Baca juga: BI: Industri asuransi dan dana pensiun beli SBN hingga Rp83,2 triliun
Baca juga: RI dorong peningkatan aksesibilitas instrumen keuangan berkelanjutan
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: