Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah seiring investor yang menanti respons Bank Indonesia terhadap kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.830 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.813 per dolar AS.

"Rupiah mungkin berpotensi berbalik tertekan hari ini terhadap dolar AS. Sentimen The Fed masih menjadi alasan utama rupiah tertekan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

The Fed masih dalam jalur kenaikan suku bunga yang agresif tahun ini di mana pada Juli nanti diproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps) hingga 75 bps.

Sementara itu, lanjut Ariston, pelaku pasar juga menunggu respons Bank Indonesia terhadap kebijakan moneter The Fed.

"Gap suku bunga acuan antara The Fed dan BI bakal terus menyempit bila BI tidak menaikkan suku bunga acuannya yang bisa mendorong pelaku pasar beralih ke aset keuangan AS dan bisa memberikan tekanan lanjutan ke rupiah," ujar Ariston.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia digelar pada 22-23 Juni. Pada Mei lalu, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen.

Bank sentral juga tetap mempertahankan suku bunga lainnya, yakni deposit facility di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility di level 4,25 persen.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah Rp14.850 per dolar AS dengan support di level Rp14.800 per dolar AS.

Pada Selasa (21/6) lalu, rupiah ditutup menguat 23 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.813 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.836 per dolar AS.


Baca juga: Rupiah menguat, pasar menanti testimoni gubernur bank sentral AS
Baca juga: Rupiah Rabu pagi melemah 17 poin
Baca juga: Rupiah dibuka menguat dibayangi sentimen kenaikan suku bunga Fed