BPIP sebut olahraga adalah bahasa universal persatuan
22 Juni 2022 00:59 WIB
Kepala BPIP Yudian Wahyudi pada kegiatan bersama Kopassus Cijantung bertajuk "Silaturahmi dan Olahraga Pagi Bersama" di Jakarta, Selasa (21/6/2022). ANTARA/HO-Tim Humas BPIP dan UIN Yogyakarta
Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyatakan bahwa olahraga tidak hanya memiliki manfaat untuk menjaga fisik tetap sehat dan kuat, tetapi juga memiliki dimensi sosial politik yang menunjang kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Melalui olahraga kita bisa menemukan nilai-nilai Pancasila, seperti kerja sama, kebersamaan, solidaritas, dan sportivitas. Untuk itulah, mengapa olahraga disebut sebagai bahasa universal persatuan," kata Yudian pada kegiatan bersama Kopassus Cijantung bertajuk Silaturahmi dan Olahraga Pagi Bersama sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis BPIP yang diterima di Yogyakarta, Selasa (21/6) malam.
Melalui kegiatan olahraga bersama ini, Kepala BPIP secara luas ingin menunjukkan bahwa Pancasila dapat ditemukan dalam setiap aktivitas sehari-hari, termasuk dalam kegiatan olahraga.
Yudian juga menunjukkan bahwa dalam sejarah bangsa Indonesia olahraga pernah menjadi gerakan politik perlawanan terhadap kolonialisme.
Pada tanggal 10 November 1963, kata dia, diplomasi olahraga menjadi salah satu gerakan politik penting dunia yang diinisiasi oleh presiden pertama RI Soekarno melalui Olimpiade GANEFO (Games of New Emerging Force) yang diikuti oleh 43 negara.
Tujuan Soekarno menjadikan olahraga sebagai medium diplomasi politik, lanjut dia, untuk menumbuhkan semangat baru dalam menetralkan konflik Blok Barat dan Timur. Bung Karno berpandangan bahwa olahraga dapat menjadi sarana politik menjalin persahabatan dengan negara-negara lain.
Selain menekankan keberadaan dimensi sosial politik dalam dunia olahraga, Kepala BPIP juga mengatakan bahwa olahraga merupakan bahasa universal yang bisa menjadi sarana promosi dan pertemuan lintas budaya.
Selain menjadi seni diplomasi, kata Yudian, olahraga juga menjadi bahasa universal yang mampu menunjukkan peran unik identitas, nilai, dan budaya.
"Hal itu terlihat pada gelaran Asian Games 2018, bagaimana Presiden Joko Widodo sukses mengenalkan tarian Ratoh Jaroe Aceh oleh 1.600 penari serta pemutaran lagu resmi Asian Games yang bergenre dangdut khas Indonesia yang disaksikan oleh dunia," katanya.
Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut, Kepala BPIP juga menyinggung pentingnya kolaborasi antara BPIP dan Kopassus untuk melakukan pembinaan ideologi Pancasila sehingga perlu ada ruang-ruang pertemuan lebih lanjut untuk membicarakan hal ini.
Sementara itu, Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan mengafirmasi dan menyambut baik ajakan Kepala BPIP.
Dalam sambutannya, dia menyatakan siap mendukung BPIP dalam menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pembinaan ideologi Pancasila.
"Semoga ini menjadi awal kerja sama yang baik antara Kopassus dan BPIP dalam menjalin kerja sama yang lebih strategis dalam rangka pembinaan ideologi Pancasila kepada masyarakat secara luas," katanya.
Baca juga: BPIP terus sosialisasi dan bumikan Pancasila di Tanah Air
Baca juga: BPIP: Pancasila harus dipraktikan untuk respons segala tantangan
"Melalui olahraga kita bisa menemukan nilai-nilai Pancasila, seperti kerja sama, kebersamaan, solidaritas, dan sportivitas. Untuk itulah, mengapa olahraga disebut sebagai bahasa universal persatuan," kata Yudian pada kegiatan bersama Kopassus Cijantung bertajuk Silaturahmi dan Olahraga Pagi Bersama sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis BPIP yang diterima di Yogyakarta, Selasa (21/6) malam.
Melalui kegiatan olahraga bersama ini, Kepala BPIP secara luas ingin menunjukkan bahwa Pancasila dapat ditemukan dalam setiap aktivitas sehari-hari, termasuk dalam kegiatan olahraga.
Yudian juga menunjukkan bahwa dalam sejarah bangsa Indonesia olahraga pernah menjadi gerakan politik perlawanan terhadap kolonialisme.
Pada tanggal 10 November 1963, kata dia, diplomasi olahraga menjadi salah satu gerakan politik penting dunia yang diinisiasi oleh presiden pertama RI Soekarno melalui Olimpiade GANEFO (Games of New Emerging Force) yang diikuti oleh 43 negara.
Tujuan Soekarno menjadikan olahraga sebagai medium diplomasi politik, lanjut dia, untuk menumbuhkan semangat baru dalam menetralkan konflik Blok Barat dan Timur. Bung Karno berpandangan bahwa olahraga dapat menjadi sarana politik menjalin persahabatan dengan negara-negara lain.
Selain menekankan keberadaan dimensi sosial politik dalam dunia olahraga, Kepala BPIP juga mengatakan bahwa olahraga merupakan bahasa universal yang bisa menjadi sarana promosi dan pertemuan lintas budaya.
Selain menjadi seni diplomasi, kata Yudian, olahraga juga menjadi bahasa universal yang mampu menunjukkan peran unik identitas, nilai, dan budaya.
"Hal itu terlihat pada gelaran Asian Games 2018, bagaimana Presiden Joko Widodo sukses mengenalkan tarian Ratoh Jaroe Aceh oleh 1.600 penari serta pemutaran lagu resmi Asian Games yang bergenre dangdut khas Indonesia yang disaksikan oleh dunia," katanya.
Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut, Kepala BPIP juga menyinggung pentingnya kolaborasi antara BPIP dan Kopassus untuk melakukan pembinaan ideologi Pancasila sehingga perlu ada ruang-ruang pertemuan lebih lanjut untuk membicarakan hal ini.
Sementara itu, Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan mengafirmasi dan menyambut baik ajakan Kepala BPIP.
Dalam sambutannya, dia menyatakan siap mendukung BPIP dalam menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pembinaan ideologi Pancasila.
"Semoga ini menjadi awal kerja sama yang baik antara Kopassus dan BPIP dalam menjalin kerja sama yang lebih strategis dalam rangka pembinaan ideologi Pancasila kepada masyarakat secara luas," katanya.
Baca juga: BPIP terus sosialisasi dan bumikan Pancasila di Tanah Air
Baca juga: BPIP: Pancasila harus dipraktikan untuk respons segala tantangan
Pewarta: Hery Sidik
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: