Jika rencana pengembangan di Blok Pomalaa sesuai kesepakatan dengan Huayou, maka Vale akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi, dan konfigurasi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang telah teruji untuk memproses bijih kadar rendah guna menghasilkan produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120 ribu metrik ton nikel per tahun.
Febriany mengungkapkan bahwa saat ini serangkaian kegiatan untuk proyek tersebut sedang berjalan.
Vale dan Huayou telah mempertebal komitmen dan soliditas mereka agar proyek smelter nikel di Blok Pomalaa segera terealisasi dan beroperasi dengan semangat keberlanjutan.
Kedua perusahaan ini memiliki filosofi yang sama terkhusus mengenai komitmen praktek bisnis yang berkelanjutan, mengutamakan pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata Kelola yang terbaik atau ESG. Spesifikasi untuk proyek di Pomalaa telah disepakati guna menerapkan standar ESG kelas dunia.
Investasi proyek smelter nikel mendekati angka lima miliar dolar AS, sehingga memerlukan dukungan kuat dari pemerintah Indonesia berupa kepastian investasi terutama terkait perizinan.
Febriany mengapresiasi dukungan pemerintah Indonesia selama ini terhadap kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perseroan.