Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) meminta semua pihak untuk terus memperkuat protokol kesehatan guna mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19 menyusul adanya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

"Pandemi ini masih belum selesai sehingga seluruh pihak termasuk juga masyarakat perlu terus meningkatkan kewaspadaan dan disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata Ketua Umum PB IDI dr Adib Khumaidi, Sp.OT dalam jumpa pers virtual yang diakses secara daring dari Jakarta, Selasa.

Menurut catatan IDI, kenaikan kasus COVID-19 terjadi selama beberapa pekan terakhir. Peningkatan signifikan mulai terlihat sejak awal pekan ini sebanyak 591 kasus, kemudian penambahan 930 kasus, hingga tembus 1.242 kasus pada pertengahan pekan.

"Subvarian BA.4 dan BA.5 menjadi 'varian of concern' yang perlu diwaspadai karena mudah menular," katanya.

Baca juga: IDI dorong peningkatan vaksinasi "booster" antisipasi subvarian baru

Terkait hal tersebut, PB IDI mendorong kerja sama semua pihak baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat untuk tetap menjalankan berbagai upaya kewaspadaan guna mengantisipasi kenaikan kasus.

"Perlu strategi pencegahan dan sistem pengendalian penularan yang kuat. Penanganan ini tidak bisa dilakukan oleh tenaga medis saja, namun semua pihak secara bersamaan," katanya.

Adib Khumaidi juga mendorong agar kampanye protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19 untuk terus digencarkan guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat.

Ketua Bidang Pengkajian Penyakit Menular PB IDI Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menambahkan pihaknya merekomendasikan agar kebijakan melepas masker di tempat umum dikaji kembali.

"PB IDI merekomendasikan untuk dikaji kembali jika diperlukan serta meminta kepada pemerintah dan masyarakat untuk menggiatkan kembali vaksinasi 'booster' (penguat)," katanya.

Pihaknya juga mengingatkan masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit lainnya yang muncul di musim pancaroba ini.

"Misalkan demam berdarah dengue, cacar monyet, hepatitis akut serta sejumlah penyakit lainnya," katanya.

Dokter Agus juga mengingatkan meskipun kasus cacar monyet masih belum ditemukan di Indonesia namun semua pihak tetap perlu meningkatkan kewaspadaan.

Baca juga: Ahli: Perlu antisipasi cegah lonjakan COVID-19 akibat subvarian baru
Baca juga: Kemenkes lacak subvarian baru Omicron di antara pasien positif
Baca juga: Masyarakat diminta disiplin prokes seiring munculnya subvarian baru