Sekjen PBB peringatkan ancaman "krisis kesehatan mental global"
18 Juni 2022 16:28 WIB
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa hampir 1 miliar orang di seluruh dunia, termasuk jutaan anak-anak dan remaja, "menghadapi kondisi kesehatan mental," seraya menambahkan bahwa mayoritas dari mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan pengobatan. ANTARA/Xinhua/aa.
PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat (17/6) memperingatkan ancaman "krisis kesehatan mental global," saat meluncurkan laporan tentang kesehatan mental.
"Kita hidup di tengah krisis kesehatan mental global," kata pejabat tertinggi PBB tersebut dalam pesan videonya pada peluncuran Laporan Kesehatan Mental Dunia 2022: Mentransformasi Kesehatan Mental Untuk Semua (World Mental Health Report 2022: Transforming Mental Health For All).
Guterres mengatakan bahwa hampir 1 miliar orang di seluruh dunia, termasuk jutaan anak-anak dan remaja, "menghadapi kondisi kesehatan mental," seraya menambahkan bahwa mayoritas dari mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan pengobatan.
"Layanan mungkin tidak tersedia atau tidak terjangkau. Stigma juga menghalangi orang untuk mencari bantuan," tuturnya.
Guterres mengatakan bahwa orang dengan kondisi kesehatan mental menghadapi peningkatan risiko pelecehan fisik dan emosional, penolakan dalam pendidikan dan pekerjaan, serta pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
"Kerugiannya, baik manusia maupun finansial, sangat besar. Depresi dan kecemasan saja merugikan ekonomi global sekitar 1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.741) per tahun."
Dalam mengatasi faktor-faktor yang memperburuk situasi, Guterres mengatakan bahwa meskipun pandemi COVID-19 meningkatkan masalah kesehatan mental, penyakit itu juga mendorong pemahaman yang jauh lebih besar tentang pentingnya, dan juga kerapuhan, kesehatan mental yang baik.
"Sayangnya, di sebagian besar negara, kesehatan mental masih menjadi ranah kebijakan kesehatan yang paling diabaikan," seperti diperingatkan Guterres
Mengomentari laporan yang disusun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Guterres mengatakan laporan itu merupakan peta jalan untuk memandu negara-negara dalam meningkatkan sistem kesehatan mental mereka.
"Itu menyoroti perbaikan yang diperlukan dan bagaimana hal itu dapat dicapai, dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut di semua tahap kehidupan. Laporan tersebut menetapkan cara untuk mengurangi risiko, membangun ketahanan, dan mengatasi hambatan yang mencegah orang dengan kondisi kesehatan mental untuk berpartisipasi sepenuhnya di masyarakat," ujarnya.
"Saya merekomendasikannya kepada pemerintah-pemerintah, dan para pemangku kepentingan kesehatan mental, di mana pun," tutur Guterres.
"Kita hidup di tengah krisis kesehatan mental global," kata pejabat tertinggi PBB tersebut dalam pesan videonya pada peluncuran Laporan Kesehatan Mental Dunia 2022: Mentransformasi Kesehatan Mental Untuk Semua (World Mental Health Report 2022: Transforming Mental Health For All).
Guterres mengatakan bahwa hampir 1 miliar orang di seluruh dunia, termasuk jutaan anak-anak dan remaja, "menghadapi kondisi kesehatan mental," seraya menambahkan bahwa mayoritas dari mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan pengobatan.
"Layanan mungkin tidak tersedia atau tidak terjangkau. Stigma juga menghalangi orang untuk mencari bantuan," tuturnya.
Guterres mengatakan bahwa orang dengan kondisi kesehatan mental menghadapi peningkatan risiko pelecehan fisik dan emosional, penolakan dalam pendidikan dan pekerjaan, serta pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
"Kerugiannya, baik manusia maupun finansial, sangat besar. Depresi dan kecemasan saja merugikan ekonomi global sekitar 1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.741) per tahun."
Dalam mengatasi faktor-faktor yang memperburuk situasi, Guterres mengatakan bahwa meskipun pandemi COVID-19 meningkatkan masalah kesehatan mental, penyakit itu juga mendorong pemahaman yang jauh lebih besar tentang pentingnya, dan juga kerapuhan, kesehatan mental yang baik.
"Sayangnya, di sebagian besar negara, kesehatan mental masih menjadi ranah kebijakan kesehatan yang paling diabaikan," seperti diperingatkan Guterres
Mengomentari laporan yang disusun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Guterres mengatakan laporan itu merupakan peta jalan untuk memandu negara-negara dalam meningkatkan sistem kesehatan mental mereka.
"Itu menyoroti perbaikan yang diperlukan dan bagaimana hal itu dapat dicapai, dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut di semua tahap kehidupan. Laporan tersebut menetapkan cara untuk mengurangi risiko, membangun ketahanan, dan mengatasi hambatan yang mencegah orang dengan kondisi kesehatan mental untuk berpartisipasi sepenuhnya di masyarakat," ujarnya.
"Saya merekomendasikannya kepada pemerintah-pemerintah, dan para pemangku kepentingan kesehatan mental, di mana pun," tutur Guterres.
Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: