Makassar (ANTARA News) - Deputy Directur Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Peter Rademaker, mengungkapkan bahwa di Indonesia sampai tahun 2003 tercatat sekira 130.000 orang yang hidup dengan virus/sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS), yang sebagian bersar diantaranya tertular melalui jarum suntik narkoba. "Wabah penyakit tersebut menghancurkan dunia kerja melalui berbagai cara antara lain mengurangi jumlah angkatan kerja, dan pendapatan buruh atau pekerja, mengurangi jumlah tenaga terdidik serta menurunkan tingkat produktivitas perusahaan di setiap sektor industri termasuk bidang pertanian," katanya di Makassar, Rabu. Pada pertemuan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kota Parepare dan Makassar, Peter Rademaker, mengatakan bahwa sindroma mematikan itu memunculkan stigma dan diskriminasi terhadap pengidapnya yang mengancam prinsip, serta hak dasar di tempat kerja sekaligus menghambat upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya. Wabah HIV/AIDS, menurut pejabat badan internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengemukakan, juga menyerang kelompok-kelompok rentan dalam masyarakat termasuk masyarakat miskin, kaum perempuan dan anak-anak. Sindroma tersebut, dinilainya, semakin memperburuk keadaan lantaran tidak tersedianya jaminan dan proteksi sosial, ketidaksetaraan gender dan persoalan buruh anak. "Untuk itulah ILO sangat peduli dalam memerangi kasus tersebut yang hingga sekarang jumlah penderitanya masih cukup tinggi," tegasnya. Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang juga Ketua KPAD Sulses, Syahrul Yasin Limpo, mengemukakan bahwa pengidap virus HIV/AIDS di provinsinya masih tinggi, namun melalui gerakan-gerakan pencegahan dan sosialisasi ke masyarakat yang dilakukan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat, tiap tahun terjadi penurunan jumlah penderita. Jumlah penderita HIV/AIDS di Sulsel diperkirakan mencapai 500-an orang. Menurut Syahrul, mereka yang rawan tertular penyakit adalah Pekerja Seks Komersial (PSK), termasuk sopir-sopir truk jarak jauh yang suka melakukan hubungan seksual secara bebas. Ia berharap, ILO bisa mengambil bagian dalam penanggulangan HIV/AIDS di daerah ini khususnya dengan meningkatkan sosialisasi di kalangan pekerja yang tercatat sekitar 170.000 orang. (*)