"Norwegia memiliki teknologi dan pengalaman di sektor energi. Ini menjadi sumber kerja sama yang kuat antara Indonesia dan Norwegia," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Indonesia dan Norwegia baru saja menyelenggarakan acara The 9th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultation (INBEC) di Oslo, Norwegia, pada 13 Juni 2022 lalu, untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam sektor energi.
Indonesia berharap dapat mempelajari perkembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), hidrogen, dan angin lepas pantai, di Norwegia, serta pembiayaan di sektor energi.
Indonesia juga mengajak Norwegia bekerja sama meningkatkan pengetahuan staf Kementerian ESDM serta di bidang standar untuk program pelatihan dan industri.
Baca juga: Pemerintah dukung investor Norwegia kembangkan EBT
Saat ini Indonesia juga sedang melakukan finalisasi peraturan menteri untuk mendukung pengembangan CCS/CCUS, serta melibatkan pemangku kepentingan termasuk negara-negara Eropa, untuk mendapatkan umpan balik dan perbaikan terhadap rancangan yang telah disusun.
Tutuka mengungkapkan Indonesia telah mulai merumuskan peta jalan netralitas karbon mulai tahun 2021 dengan pengurangan emisi sebesar 314 juta ton pada tahun 2030 dan 1,526 juta ton pada tahun 2060. Selain itu digalakkan pula program menjembatani transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. "Untuk mendukung transisi energi tersebut, maka dibutuhkan kolaborasi," kata Tutuka.
Pada 2022 Indonesia menjadi Presidensi G20 dan mengharapkan kolaborasi dengan berbagai negara untuk mendukung transisi energi. "Kami percaya bahwa kerja sama bilateral dan multilateral dapat saling bahu membahu berkontribusi pada keberhasilan transisi energi," pungkas Tutuka.
Baca juga: Industri hulu migas nasional butuh investasi 187 miliar dolar AS
Baca juga: Pemerintah beri dukungan fiskal guna menarik investasi industri migas