Jakarta (ANTARA News) - Flu burung atau avian influenza merupakan penyakit bersumber pada hewan (zoonosis) akibat penyebaran virus H5N1. Virus ini sering bermutasi dalam berbagai format yang belum bisa disimulasikan memakai banyak pendekatan ilmiah.

Indonesia merupakan negara tropis yang rawan penyebaran penyakit ini, sebagaimana pernah terjadi di negara-negara lintang menengah dunia.

Akan tetapi, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian dan instansi-instansi lain terkait memiliki mekanisme pencegahan dan penanggulangan flu burung secara baku sesuai standar internasional dari WHO.

Apa saja langkah itu? Secara umum, jika ada pasien suspek flu burung sesuai kriteria tertentu, maka petugas kesehatan akan melakukan tiga hal. Bicara soal kriteria itu, di antaranya dalam 24 jam terakhir seseorang menderita demam atau ruam --baik tinggi atau tidak-- dan diketahui melakukan kontak fisik dengan unggas.

Juga jika diketahui unggas-unggas di sekitar lokasi seseorang diduga terjangkit itu tiba-tiba sakit dan mati begitu saja.

Dari sisi petugas, langkah pertama itu adalah petugas Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan setempat akan turun ke lapangan atau sekitar rumah suspek untuk memeriksa orang-orang yang melakukan kontak atau berhubungan dengan pasien suspek.

Petugas akan mengecek apakah para kontak itu memiliki gejala flu dan jika ada maka akan dilakukan pemeriksaan suhu dan keadaan klinik secara berkala jika diperlukan dan diberikan obat pencegahan jika dibutuhkan.

Petugas kesehatan juga akan memeriksa lingkungan sekitar rumah untuk melihat masalah sanitasi lingkungan serta Dinas Peternakan akan memeriksa unggas, baik klinis maupun laboratoris yang bisa berupa rapid test, kultur atau PCR.

Langkah kedua adalah merawat pasien suspek baik yang gejalanya ringan apalagi berat, ke RS rujukan.

Langkah ketiga dilakukan adalah mengambil sampel dari jaringan tubuh pasien untuk diperiksa di Laboratorium Balitbangkes untuk memastikan apakah pasien suspek tersebut terjangkit flu burung atau tidak.

"Kalau nanti sudah ada hasil dan hasilnya ternyata memang positif flu burung, maka hasilnya ini akan dimuat di situs internet Kementerian Kesehatan dan dilaporkan ke WHO sebagai bagian dari IHR," ujar Tjandra.

Sedangkan jika hasilnya ternyata negatif maka pasien suspek yang dirawat di RS tadi akan tetap ditangani keadaan klinisnya sesuai prosedur ilmu kedokteran/ perawatan yang ada.

Jadi, jika ada orang di sekitar kita mengalami hal-hal serupa itu maka jangan ragu menghubungi atau menginformasikannya kepada petugas berwenang di lingkungan masing-masing. (*)