Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal PAUD, Dasar dan Menengah Kemendikbudristek Jumeri mengatakan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan secara hati-hati karena masih dalam suasana pandemi.

“Saat ini masih dalam suasana pandemi belum endemi, oleh karenanya kita harus hati-hati dalam mengelola pembelajaran,” ujar Jumeri webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Kehati-hatian tersebut tidak hanya untuk menjaga kesehatan siswa, tetapi juga untuk mencegah terjadinya learning loss atau hilangnya kesempatan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi telah menimbulkan kehilangan pembelajaran dan meningkatkan kesenjangan pembelajaran.

Sebelum pandemi COVID-19, kemajuan belajar selama satu tahun adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Akan tetapi setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas satu berkurang secara signifikan.

“Masing-masing daerah bervariasi tingkat leaning loss-nya, tergantung pada pendampingan orang tua hingga ketersediaan akses internet.” jelas dia lagi.

Baca juga: KPPAD Bali minta warga sekolah tak abai prokes saat PTM 100 persen
Baca juga: Sekolah di Mataram kooperatif terapkan prokes selama PTM penuh

Jumeri menjelaskan sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk pemulihan layanan pendidikan, diantaranya diterbitkannya enam surat keputusan bersama (SKB) yang disesuaikan dengan dinamika COVID-19.

Terbaru pada SKB pada April, lanjut dia, sejumlah kebijakan diambil pemerintah untuk mendorong PTM secara penuh dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Kerangka umum kebijakan pemulihan pembelajaran yakni mendorong PTM 100 persen, penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran, asesmen nasional, profil, rapor pendidikan, dan perencanaan berbasis data.

Selanjutnya, pemanfaatan teknologi pendidikan dalam pembelajaran serta pemulihan kondisi psikososial peserta didik agar lebih siap mengikuti pembelajaran.

Baca juga: Sekolah di Jakbar pantau kesehatan siswa setelah PTM hari pertama
Baca juga: Disdik Bogor belum izinkan pelajar lepas masker di sekolah

Kepala Unit Pendidikan, UNICEF Indonesia, Katheryn Bennet, mengatakan bahwa sejak tahun 2020, UNICEF telah bekerja sama dengan Kemendikbudristek, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta berbagai kementerian/lembaga (K/L) lainnya dalam mendukung berbagai upaya pemulihan pembelajaran, serta membangun sistem pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak.

“Lebih dari 500.000 sekolah/madrasah harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak awal Maret 2020 dan telah berdampak terhadap 60 juta siswa. Tantangan untuk melaksanakan PJJ telah membuat banyak anak tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. Banyak pihak yang mengkhawatirkan kondisi ini termasuk anak-anak dan orang tua,” kata Katheryn.

Katheryn mendorong agar semua pemangku kepentingan melakukan berbagai cara untuk membantu anak-anak kembali ke sekolah sehingga mereka mendapat manfaat dari PTM melalui guru mereka secara langsung.

Baca juga: P2G sebut PTM 100 persen layak dipertimbangkan secara nasional
Baca juga: Kemendikbudristek: PTM harus utamakan keselamatan guru dan siswa
Baca juga: SKB empat menteri terbaru atur PTM 100 persen