Akademisi USK: Peternak mesti waspada potensi wabah pada hewan unggas
14 Juni 2022 12:37 WIB
FOTO ARSIP - Seorang pria membawa sejumlah ayam potong yang masih hidup di motornya saat melintas di jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Sabtu (2/1). (FOTO ANTARA/FANNY OCTAVIANUS/ama/08)
Banda Aceh (ANTARA) - Akademisi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala drh Teuku Reza Ferasyi, M.Sc, PhD mengingatkan akan potensi wabah pada ternak jenis hewan unggas, yang kapan saja bisa terjadi, apabila pengendalian kesehatan hewan tidak dilakukan dengan baik.
“Salah satunya seperti flu burung yang masih ada potensi untuk mewabah ketika ada faktor risiko yang muncul,” katanya di Banda Aceh, Selasa.
Dia mengatakan memang saat ini Indonesia tengah dihebohkan dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi, kerbau dan sebagainya.
Namun, kata dia, peternak juga diminta tidak lupa untuk mengantisipasi penularan penyakit pada ternak jenis hewan unggas, yang bisa saja terjadi tanpa mengenal musim, apabila ada faktor risiko.
“PMK ini dalam riwayatnya disebutkan menyerang hewan berkuku genap, jadi jenis unggas itu tidak termasuk dalam kategori ini. Memang belum ada laporan PMK yang menyerang hewan selain sapi, kerbau, kambing atau babi,” katanya.
Menurut dia salah satu yang perlu diwaspadai seperti newcastle disease (ND) yang menyerang unggas, dan lazim terjadi di Aceh maupun Indonesia.
Memang, lanjut dia, penyakit ini sudah memiliki vaksin, maka hewan yang sudah mendapatkan vaksin akan kebal dari penyakit itu sehingga aman untuk dipelihara.
“Biasanya kalau ayam-ayam DOC dari perusahaan atau pabrik, maka semua sudah lengkap jadi sudah aman untuk dipelihara,” katanya.
Tentu, kata dia, berbeda perlakuan para peternak hewan unggas yang ada di tengah masyarakat. Belum tentu semua ternak telah mengikuti prosedur kesehatan yang lengkap.
Apalagi wabah ini bisa muncul ketika hewan tidak mendapatkan vaksin, karena penyakit ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan, termasuk avian influensa atau flu burung yang kini masih beresiko kembali mewabah.
“Misalnya ketika ada ternak unggas daerah wabah dibawa ke daerah kita, kemudian menyebar, maka bisa menyebabkan wabah flu burung lagi. Maka potensi itu selalu ada, dimanapun, selama pengendalian kesehatan hewan tidak dilakukan dengan baik,” katanya.
Oleh karena itu, ia Reza meminta peternak untuk benar-benar melakukan pengendalian kesehatan hewan dengan baik guna menghindari mewabah penyakit pada hewan.
Peternak diminta disiplin penerapan biosecurity seperti vaksinasi, kebersihan lokasi peternakan, menjaga bebas dari kuman dengan menggunakan disinfektan atau sabun, menyiapkan berbagai perlengkapan seperti bak celup, tempat berganti pakaian, penyiraman kendaraan keluar masuk dan lainnya.
“Kalau kita lihat sekarang wabah itu bisa muncul kapan saja, selama imunitas ternak memang tidak jaga, sanitasi kandang tidak dijaga dengan baik, jadi selalu saja ada peluang,” demikian Teuku Reza Ferasyi.
Baca juga: Dinas: Kematian ratusan ayam di Aceh Barat akibat penyakit tetelo
Baca juga: 7.000 Unggas Mati Akibat Flu Burung di Indonesia 2007
Baca juga: Mentan dukung pembentukan korporasi industri unggas rakyat
Baca juga: Indonesia Banyak Ditanya Soal Sampel AI dan Pemusnahan Unggas
“Salah satunya seperti flu burung yang masih ada potensi untuk mewabah ketika ada faktor risiko yang muncul,” katanya di Banda Aceh, Selasa.
Dia mengatakan memang saat ini Indonesia tengah dihebohkan dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi, kerbau dan sebagainya.
Namun, kata dia, peternak juga diminta tidak lupa untuk mengantisipasi penularan penyakit pada ternak jenis hewan unggas, yang bisa saja terjadi tanpa mengenal musim, apabila ada faktor risiko.
“PMK ini dalam riwayatnya disebutkan menyerang hewan berkuku genap, jadi jenis unggas itu tidak termasuk dalam kategori ini. Memang belum ada laporan PMK yang menyerang hewan selain sapi, kerbau, kambing atau babi,” katanya.
Menurut dia salah satu yang perlu diwaspadai seperti newcastle disease (ND) yang menyerang unggas, dan lazim terjadi di Aceh maupun Indonesia.
Memang, lanjut dia, penyakit ini sudah memiliki vaksin, maka hewan yang sudah mendapatkan vaksin akan kebal dari penyakit itu sehingga aman untuk dipelihara.
“Biasanya kalau ayam-ayam DOC dari perusahaan atau pabrik, maka semua sudah lengkap jadi sudah aman untuk dipelihara,” katanya.
Tentu, kata dia, berbeda perlakuan para peternak hewan unggas yang ada di tengah masyarakat. Belum tentu semua ternak telah mengikuti prosedur kesehatan yang lengkap.
Apalagi wabah ini bisa muncul ketika hewan tidak mendapatkan vaksin, karena penyakit ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan, termasuk avian influensa atau flu burung yang kini masih beresiko kembali mewabah.
“Misalnya ketika ada ternak unggas daerah wabah dibawa ke daerah kita, kemudian menyebar, maka bisa menyebabkan wabah flu burung lagi. Maka potensi itu selalu ada, dimanapun, selama pengendalian kesehatan hewan tidak dilakukan dengan baik,” katanya.
Oleh karena itu, ia Reza meminta peternak untuk benar-benar melakukan pengendalian kesehatan hewan dengan baik guna menghindari mewabah penyakit pada hewan.
Peternak diminta disiplin penerapan biosecurity seperti vaksinasi, kebersihan lokasi peternakan, menjaga bebas dari kuman dengan menggunakan disinfektan atau sabun, menyiapkan berbagai perlengkapan seperti bak celup, tempat berganti pakaian, penyiraman kendaraan keluar masuk dan lainnya.
“Kalau kita lihat sekarang wabah itu bisa muncul kapan saja, selama imunitas ternak memang tidak jaga, sanitasi kandang tidak dijaga dengan baik, jadi selalu saja ada peluang,” demikian Teuku Reza Ferasyi.
Baca juga: Dinas: Kematian ratusan ayam di Aceh Barat akibat penyakit tetelo
Baca juga: 7.000 Unggas Mati Akibat Flu Burung di Indonesia 2007
Baca juga: Mentan dukung pembentukan korporasi industri unggas rakyat
Baca juga: Indonesia Banyak Ditanya Soal Sampel AI dan Pemusnahan Unggas
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: