Jakarta (ANTARA) - Cendekiawan Prof. Emil Salim mengatakan adanya peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia berawal dari keprihatinan terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi saat gencar-nya pembangunan pasca perang dunia ke-2.
"Di dalam sejarah setelah perang dunia ke-2, pembangunan berjalan gencar sekali," kata Emil dalam acara bertajuk "Relevansi HAM dan 50 Tahun Hari Lingkungan Hidup Sedunia", yang diikuti di Jakarta, Senin.
Dia menceritakan pada saat itu di negara Jepang terjadi wabah penyakit Minamata.
"Dari Jepang, lautan Jepang, ada laporan takut makan ikan, karena kalau makan akan melahirkan penyakit yang aneh, penyakit yang mempengaruhi bentuk tulang dan sebagainya yang kemudian dikenal dengan penyakit Minamata," katanya.
Baca juga: Emil Salim: Jangan eksploitasi alam tapi abaikan nasib hewan-tumbuhan
Baca juga: BPJAMSOSTEK Go Green bagikan paket cinta lingkungan kepada masyarakat
Selain itu negara-negara Eropa juga dilanda kabut asap yang mengganggu lalu lintas kendaraan.
Emil mengatakan dirinya memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Stockholm pada 5 Juni 1972 yang membahas isu-isu lingkungan hidup.
"Walaupun saya ditugaskan memimpin delegasi Indonesia, saya pun berangkat ke Stockholm dengan penuh tanda tanya, apa lingkungan hidup, mengapa lingkungan hidup dan sebagainya," katanya.
Dia mengatakan isu-isu lingkungan hidup yang terjadi di dunia dibahas dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan tersebut kemudian menghasilkan Deklarasi Stockholm yang salah satunya menekankan pentingnya mencegah pencemaran lingkungan di tengah pesatnya pembangunan.
"Deklarasi Stockholm memberikan hak kepada hewan, alam untuk dapat menjadi hidup yang tidak sampai menimbulkan bahaya pencemaran di dalam perikehidupan kita," katanya.*
Baca juga: KLHK: Peran Indonesia semakin penting dalam forum diplomasi lingkungan
Baca juga: Menjaga sumber daya laut di Maluku dengan tradisi budaya sasi
Emil Salim: Hari Lingkungan Hidup berawal dari keprihatinan
13 Juni 2022 20:57 WIB
Prof. Emil Salim (kiri atas). (ANTARA/Anita Permata Dewi)
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: