G20 Indonesia
B20: Keterlibatan perempuan bakal lesatkan pertumbuhan PDB global
11 Juni 2022 17:26 WIB
Perajin menyelesaikan pembuatan dompet dengan teknik sospeso trasparante di Nichi Craft, Depok, Jawa Barat, Senin (28/2/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/hp.
Jakarta (ANTARA) - Business of Twenty (B20) sebuah forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global, mengemukakan bahwa dengan semakin banyak keterlibatan perempuan dalam berbagai aktivitas bisnis dan manajerial bakal lebih melesatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global.
"Aspirasi kami di B20 Women in Business Action Council adalah bahwa di masa depan akan lebih banyak perempuan yang memimpin, berpartisipasi, dan memiliki akses ke peluang bisnis dan ekonomi yang lebih baik," kata Chair of B20 Women in Busines Action Council (WiBAC) Ira Noviarti dalam rilis di Jakarta, Sabtu.
Ia mengemukakan pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar bagi seluruh lini kehidupan, tak terkecuali pada sektor bisnis dimana tingkat kesenjangan pada partisipasi gender kian memburuk.
Ira Noviarti yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk itu berpendapat kesenjangan itu terus dirasakan oleh pekerja perempuan, misalnya perwakilan perempuan di manajerial masih lebih sedikit dibanding laki-laki.
Selain itu, ujar dia, ada pula kesenjangan besaran penghasilan antara perempuan dan laki-laki serta minimnya peraturan terkait kekerasan terhadap perempuan. "Diperlukan rekomendasi dan kebijakan yang bisa diterapkan secara terstruktur untuk menjembatani kesenjangan tersebut," kata Ira.
Berdasarkan data B20 WiBAC, sekitar 23 persen pekerja perempuan harus atau akan meninggalkan pekerjaan saat pandemi. Pekerjaan yang dijalani oleh perempuan juga memiliki resiko lebih karena adanya 19 persen keterwakilan berlebih di dalam sektor yang terdampak langsung oleh pandemi seperti sekolah, tempat penitipan anak, dan lainnya.
Baca juga: Side event G20 Empower bahas peran UMKM perempuan dorong ekonomi
Hal-hal tersebut, lanjutnya, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan banyak keluarga, dalam skala global juga melemahkan kondisi ekonomi dunia. Oleh karena itu diperlukan aksi nyata dari para pemangku kepentingan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Ia mengingatkan pada 2018 The World Economic Forum (WEF) memprediksi keterlibatan perempuan yang setara di dalam ekonomi global dapat mendorong peluang pertumbuhan PDB global sebesar 28 triliun dolar AS.
Agar peluang tersebut tidak terlewatkan, Gugus tugas B20 WiBAC mengusulkan kebijakan dan aksi untuk memajukan perempuan, antara lain dengan cara mengembangkan ekosistem yang dapat memberikan akses pada bantuan finansial, regulasi, hingga akses pada bantuan teknis bagi pelaku usaha.
Kedua adalah mendorong kemampuan digital dan kepemimpinan perempuan, dengan cara mempercepat akses perempuan pada lingkup digital, serta memperkuat keterampilan untuk mengambil pada posisi-posisi pimpinan yang diperkuat dengan laporan berbasis gender.
Kebijakan terakhir adalah mendorong lingkungan kerja yang adil dan aman bagi semua. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan keamanan kerja bagi pekerja perempuan di sektor perekonomian informal, termasuk di masyarakat pedesaan, serta membangun kebijakan sistematis untuk menghindari kekerasan berbasis gender dan membantu korban kekerasan.
"Didukung seluruh anggota, saya harap seluruh rekomendasi kebijakan yang nantinya kami rumuskan akan mampu melahirkan generasi perempuan-perempuan yang skillful, resilient dan berdaya dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional maupun global," ungkap Ira.
Baca juga: Menteri PPPA ajak dukung UMKM perempuan pulihkan ekonomi nasional
"Aspirasi kami di B20 Women in Business Action Council adalah bahwa di masa depan akan lebih banyak perempuan yang memimpin, berpartisipasi, dan memiliki akses ke peluang bisnis dan ekonomi yang lebih baik," kata Chair of B20 Women in Busines Action Council (WiBAC) Ira Noviarti dalam rilis di Jakarta, Sabtu.
Ia mengemukakan pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar bagi seluruh lini kehidupan, tak terkecuali pada sektor bisnis dimana tingkat kesenjangan pada partisipasi gender kian memburuk.
Ira Noviarti yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk itu berpendapat kesenjangan itu terus dirasakan oleh pekerja perempuan, misalnya perwakilan perempuan di manajerial masih lebih sedikit dibanding laki-laki.
Selain itu, ujar dia, ada pula kesenjangan besaran penghasilan antara perempuan dan laki-laki serta minimnya peraturan terkait kekerasan terhadap perempuan. "Diperlukan rekomendasi dan kebijakan yang bisa diterapkan secara terstruktur untuk menjembatani kesenjangan tersebut," kata Ira.
Berdasarkan data B20 WiBAC, sekitar 23 persen pekerja perempuan harus atau akan meninggalkan pekerjaan saat pandemi. Pekerjaan yang dijalani oleh perempuan juga memiliki resiko lebih karena adanya 19 persen keterwakilan berlebih di dalam sektor yang terdampak langsung oleh pandemi seperti sekolah, tempat penitipan anak, dan lainnya.
Baca juga: Side event G20 Empower bahas peran UMKM perempuan dorong ekonomi
Hal-hal tersebut, lanjutnya, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan banyak keluarga, dalam skala global juga melemahkan kondisi ekonomi dunia. Oleh karena itu diperlukan aksi nyata dari para pemangku kepentingan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Ia mengingatkan pada 2018 The World Economic Forum (WEF) memprediksi keterlibatan perempuan yang setara di dalam ekonomi global dapat mendorong peluang pertumbuhan PDB global sebesar 28 triliun dolar AS.
Agar peluang tersebut tidak terlewatkan, Gugus tugas B20 WiBAC mengusulkan kebijakan dan aksi untuk memajukan perempuan, antara lain dengan cara mengembangkan ekosistem yang dapat memberikan akses pada bantuan finansial, regulasi, hingga akses pada bantuan teknis bagi pelaku usaha.
Kedua adalah mendorong kemampuan digital dan kepemimpinan perempuan, dengan cara mempercepat akses perempuan pada lingkup digital, serta memperkuat keterampilan untuk mengambil pada posisi-posisi pimpinan yang diperkuat dengan laporan berbasis gender.
Kebijakan terakhir adalah mendorong lingkungan kerja yang adil dan aman bagi semua. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan keamanan kerja bagi pekerja perempuan di sektor perekonomian informal, termasuk di masyarakat pedesaan, serta membangun kebijakan sistematis untuk menghindari kekerasan berbasis gender dan membantu korban kekerasan.
"Didukung seluruh anggota, saya harap seluruh rekomendasi kebijakan yang nantinya kami rumuskan akan mampu melahirkan generasi perempuan-perempuan yang skillful, resilient dan berdaya dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional maupun global," ungkap Ira.
Baca juga: Menteri PPPA ajak dukung UMKM perempuan pulihkan ekonomi nasional
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: