Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan kenaikan rating "investment grade" yang didapat Indonesia harus diikuti optimalisasi dan efisiensi di semua sektor ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai titik potensial yang bisa tercapai.

"Pencapaian ekonomi kita sudah bagus, tetapi itu tidak optimal dan tidak efisien, bukan cuma di bank tetapi di seluruh sektor ekonomi," kata Darmin di Jakarta, Rabu.

Menurut Darmin, BI telah menyusun berbagai langkah di bidang moneter, sistem pembayaran dan perbankan untuk meningkatkan efisiensi yang diharapkan bisa menciptakan keseimbangan pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal.

Dikatakannya, sebagai upaya mendorong efisiensi BI berusaha untuk menurunkan suku bunga perbankan yang bisa terjadi jika keseimbangan dicapai pada harga yang rendah.

"Ini memang tidak mudah, harus dilakukan secara bertahap dan sungguh-sungguh serta perlu waktu," kata Darmin.

Darmin juga menilai tingginya suku bunga kredit bukan disebabkan karena tingginya selisih bunga dan biaya operasional (overhead) saja, tetapi lebih disebabkan tingginya suku bunga deposito.

Menurutnya, di beberapa negara tetangga, suku bunga deposito berada di bawah tingkat inflasi, sementara di Indonesia selalu berada di atas inflasi.

Penurunan bunga deposito, lanjut Darmin bisa dilakukan jika instrumen moneter di Indonesia terus bertambah sehingga masyarakat bisa mencari instrumen lain selain deposito.

"Suku bunga penjaminan juga harus dilihat karena selama ini selalu di atas BI rate, padahal undang-undangnya tidak mengatur itu," kata Darmin.

Tidak efisiennya ekonomi Indonesia, lanjutnya juga terlihat dari transaksi berjalan yang mulai kwartal 4 2011 sudah negatif akibat lebih tingginya impor dibanding ekspor dan kondisi ini akan terus terjadi pada 2012.

"Pada 2012 sepanjang tahun akan terjadi defisit transaksi berjalan. Sehingga harus diupayakan transaksi modal harus surplus untuk menutupnya melalui penanaman modal asing," katanya.

Negatifnya transaksi berjalan, lanjutnya merupakan kelemahan struktur ekonomi Indonesia karena industri bahan baku dan bahan modal sangat sedikit, sehingga dengan pertumbuhan ekonomi 6-7 persen maka impor tumbuh lebih cepat dari ekspor, sehingga transaksi berjalan menjadi defisit.

"Ini harus dibenahi, struktur industri mulai sekarang harus diperbaiki kalau kita mau menuju pertumbuhan di atas sekarang. Saya bukan pesimis meski kita dapat investment grade, tapi banyak yang harus dibenahi," katanya.

(D012*R027)