Jakarta (ANTARA News) - Pelaksanaan ibadah haji memiliki sekurangnya dua aspek, yaitu aspek ibadah dan aspek muhibah (perasaan persahabatan dan kasih, red.).
Ditinjau dari aspek Ibadah, setiap orang yang berhaji dituntut untuk mampu melaksanakan seluruh syarat wajib dan rukun-rukun haji sehingga ibadahnya sah dan diterima oleh Allah Swt.
Di samping itu, kesempatan berada di dua tanah suci yang penuh dengan kemuliaan hendaknya dimanfaatkan untuk sebanyak-banyaknya beribadah, berdoa, dan beramal saleh.
Dilihat dari aspek muhibah, jemaah haji yang berjumlah jutaan orang dan berasal dari seluruh penjuru dunia menjadi ajang muktamar umat muslim sedunia dalam suasana yang sarat dengan suasana religius.
Sebagai wakil dari bangsa Indonesia, mereka mengemban tugas sebagai duta bangsa yang tidak hanya sekadar sebagai wakil, tetapi juga mengemban misi membawa nama baik bangsa.
Selama ini, jemaah haji dari Indonesia dikenal sebagai jemaah haji yang paling santun dan sabar dalam melaksanakan Rukun Islam yang ke-5 di Tanah Suci. Perilaku yang patut dicontoh oleh jemaah haji dari negara lain sehingga pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci secara keseluruhan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Ke depannya, perilaku yang santun ini akan dapat memberikan simpati bagi jemaah haji dari negara lain dan juga pemerintah Kerajaan Arab Saudi selaku penyelenggara ibadah haji dan penjaga "Dua Tanah Suci".
Kita berharap ada timbal balik positif dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi dengan memberikan berbagai kemudahan, mulai dari pengurusan dokumen administrasi keimigrasian hingga pelayanan bagi jemaah haji asal Indonesia.
Ketertarikan dan simpati dari jemaah haji yang berasal dari negara lain juga akan membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia. Terjalinnya hubungan baik antarjemaah haji akan berdampak secara meluas pada terjalinnya hubungan baik antarbangsa.
Sebelum membawa misi yang lebih luas, yaitu terjalinnya universalitas umat muslim sedunia, jemaah haji, terutama asal Indonesia, hendaknya terlebih dahulu memosisikan diri sebagai anak bangsa yang meskipun heterogen, tetap berada dalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
Bukan bendera ataupun simbol-simbol kedaerahan, golongan, ataupun primordialisme yang dikedepankan, melainkan membawa diri sebagai satu kesatuan bangsa yang besar adalah hal yang jauh lebih penting.
Penyelenggaraan ibadah haji adalah simbol persatuan umat Islam. Berasal dari berbagai penjuru dunia, dengan bendera dan bahasa nasional yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, strata sosial yang berbeda. Bahkan, dengan latar belakang mazhab yang berbeda, tetapi mereka semua menjalankan satu kewajiban yang sama, yaitu perintah Rukun Islam yang kelima.
Dengan cara yang bisa jadi berbeda, tetapi satu tujuan yang sama. Saling menghargai perbedaan cara melaksanakan ibadah haji. Masing-masing jemaah lebih fokus untuk bagaimana mencari dan mencapai rida Allah Swt.
Demikian pula yang diharapkan dari perilaku jemaah haji dari Tanah Air dan seluruh umat bangsa pada umumnya agar tidak terlalu fokus dan terjebak pada perbedaan-perbedaan yang dapat menjadi sumber konflik atau perpecahan.
Banyak hal yang jauh lebih penting untuk dipikirkan dan dilakukan bersama, yaitu melakukan berbagai perbaikan dan mengembangkan sifat kepedulian terhadap lingkungan tanpa harus memperhatikan berbagai latar belakang yang berbeda. Akan tetapi, satu kepentingan yang sama untuk meperbaiki bangsa adalah satu hal yang lebih penting.
Kembali kepada tugas sebagai duta bangsa, jemaah haji diharapkan mampu untuk mentransformasikan nilai-nilai positif bangsa Indonesia kepada jemaah haji negara lain.
Mengembangkan budaya toleransi dan saling menghargai tidak hanya akan membawa dampak positif bagi jemaah haji asal Indonesia, tetapi secara umum akan membantu kelancaran proses pelaksanaan ibadah haji.
Membangun hubungan baik dengan cara menghormati dan menghargai jemaah haji dari mana pun berasal akan menjaga dan membangun citra positif bangsa Indonesia di mata internasional.
Memberikan informasi positif tentang kondisi dan keadaan bangsa kepada umat Islam dari berbagai penjuru juga menjadi satu hal yang penting. Hal ini dikarenakan melalui kantor berita luar negeri, banyak pula kondisi bangsa Indonesia diberitakan secara negatif dan tidak proporsional.
Momentum muktamar umat muslim sedunia menjadi satu ajang untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya tentang kondisi bangsa Indonesia.
Dengan demikian, kita berharap pascapelaksanaan ibadah haji, citra positif bangsa Indonesia tersebar dan terbangun ke seluruh penjuru dunia dibawa oleh jemaah haji yang berasal dari berbagai negara. (*)
Jemaah Haji sebagai Duta Bangsa
Oleh D.Dj. Kliwantoro
17 Januari 2012 01:30 WIB
Kedatangan Amirul Haj Menteri Agama Suryadharma Ali (kanan) selaku Amirul Haj 1432 H/2011 menyapa jamaah calon haji saat tiba di Bandara King abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Selasa (26/10) malam. Menteri Agama sebagai Amirul Haj bertugas menjadi pemimpin rombongan haji Indonesia tahun 2011. (FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo)
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2012
Tags: