Jakarta (ANTARA News) - Ketua Perbanas Sigit Pramono mengatakan tingginya suku bunga kredit bukanlah penyebab industri nasional kurang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
"Faktornya bukan karena tingginya bunga kredit perbankan, karena bunga kredit ternyata hanya kecil persentasenya dalam biaya operasional industri. Banyak biaya `lain-lain` yang justru lebih besar persentasenya," kata Sigit di Jakarta, Senin.
Selama ini, lanjut Sigit faktor tingginya suku bunga seperti menjadi kambing hitam rendahnya pertumbuhan industri nasional karena suku bunga kredit mencapai 12-14 persen.
Dikatakannya, suku bunga kredit terutama untuk korporasi belakangan sudah terus menurun, begitu pula kredit konsumsi seperti untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan bahwa kebijakan yang mewajibkan perbankan mempublikasikan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sejak Maret lalu berhasil menurunkan suku bunga kredit terutama di bidang kredit korporasi.
BI mencatat sejak Maret hingga Nopember 2011 SBDK untuk korporasi turun dari 10,51 persen menjadi 10,36 persen.
Untuk SBDK ritel sejak Maret hingga Nopember 2011 juga turun dari 11,80 persen menjadi 11,78 persen. Sementara SBDK KPR turun dari 11,16 persen pada Maret 2011 menjadi 10,82 persen pada Nopember 2011.
Sementara SBDK non KPR justru naik dari 11,56 persen pada Maret 2011 menjadi 11,68 persen pada Nopember 2011.
Di bidang sistem pembayaran, setelah penggabungan jaringan ATM BCA dan Bank Mandiri, Sigit melihat peluang selanjutnya adalah penggabungan jaringan Electonic Data Capture (EDC) atau mesin gesek kartu ATM dan kartu kredit yang selama ini dilayani banyak perusahaan.
"Jaringan EDC atau mesin gesek kartu akan dicoba disatukan, karena kita lihat di kasir-kasir itu banyak sekali. Kan itu tidak efektif," katanya.
(D012/E008)
Perbanas katakan bunga kredit tak hambat sektor riil
16 Januari 2012 19:05 WIB
Ketua Perbanas Sigit Pramono. (FOTO ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012
Tags: