Empat hal penting dalam pengembangan agrikultur lewat digital
9 Juni 2022 19:16 WIB
Tangkapan layar Kepala Departemen untuk Pengembangan Pedesaan dan Inovasi Digital Kementerian Pangan dan Agrikultur Jerman Klaus Heider dalam acara daring "Digitalization in agriculture: A G20 Policy Framework for an Equitable and Environmentally Sustainable Transition", Kamis (9/6/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)
Jakarta (ANTARA) - Perwakilan Kementerian Pangan dan Agrikultur Jerman menyebutkan empat hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan sektor agrikultur lewat teknologi digital, antara lain infrastruktur komunikasi, regulasi, open data dan berorientasi pada lingkungan.
Kepala Departemen untuk Pengembangan Pedesaan dan Inovasi Digital Kementerian Pangan dan Agrikultur Jerman, Klaus Heider menyebutkan keempat langkah tersebut tidak hanya berlaku untuk di Jerman tapi juga bisa diterapkan di seluruh dunia untuk menciptakan keamanan pangan.
"Pertama, pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan untuk infrastruktur digital sangat diperlukan. Infrastruktur adalah aspek yang teramat penting terutama untuk pertanian yang terletak di daerah pedesaan," kata Klaus dalam acara diskusi T20 bertajuk "Digitalization in agriculture: A G20 Policy Framework for an Equitable and Environmentally Sustainable Transition", Kamis.
Tentunya keberadaan akses internet dan infrastruktur komunikasi lainnya menjadi penting agar teknologi yang digunakan nantinya bisa berjalan dengan maksimal.
Tanpa infrastruktur serta akses komunikasi yang memadai, maka teknologi yang disiapkan untuk pengembangan agrikultur nantinya tidak bisa berfungsi dengan optimal.
Selanjutnya, Klaus menekankan terkait pengaturan regulasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran data antar pemangku kepentingan.
Dalam Presidensi G20 Indonesia, pembahasan mengenai arus data lintas negara menjadi salah satu bahasan yang dijadikan prioritas dalam Digital Economy Working Group (DEWG) 20.
Jerman yang juga dalam forum internasional saat ini dipercaya memegang posisi Presidensi G7 menekankan hal serupa.
Klaus berpendapat data dalam agrikultur dapat bermanfaat untuk mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan para petani di lapangan.
Misalnya data kondisi hasil tani berdasarkan musim hingga kondisi tanah yang dibagi oleh para petani kepada industri pembuat perangkat pertanian tentunya akan bermanfaat jika produk yang ditawarkan kepada petani sesuai dengan kebutuhannya.
Poin ketiga yang penting menurut Klaus adalah data yang dihadirkan nantinya harus bersifat "open data" serta memiliki format universal yang bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja.
"Di masa depan 'open data' adalah keharusan. Tujuan menyediakan 'open data' pun memungkinkan ada banyak inovasi baru tersedia serta memperkuat transparansi juga mendukung tindakan politik yang tepat. Syaratnya adalah data yang disediakan harus terbaca oleh mesin secara universal," kata Klaus.
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah teknologi yang dikembangkan untuk agrikultur harus mengedepankan keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Hal itu berkaca pada kondisi industri di masa lalu yang kurang mempedulikan kondisi jangka panjang lingkungan.
Tentunya hal ini akan berbeda di era digitalisasi mengingat kecanggihan kecerdasan buatan, pengelolaan data yang sesuai kebutuhan dan kondisi saat ini diperhitungkan.
Keberlanjutan dan kondisi lingkungan berada di tangan para pengembang inovasi yang diharapkan juga bisa berbagi pengetahuannya kepada masyarakat sehingga teknologi yang dihadirkan dalam agrikultur tidak hanya baik untuk bisnis tapi juga untuk keseimbangan alam.
"Jelas bahwa digitalisasi tidak akan dapat menyelesaikan semua masalah di bidang pertanian, tetapi merupakan alat yang dapat memberikan kontribusi penting menjawab dan menjadi solusi banyak tantangan Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan peluang yang ditawarkan sambil meminimalkan risiko yang terkait dengan pengembangan teknologi," tutup Klaus.
Baca juga: Digitalisasi agrikultur disebut kunci tingkatkan pembangunan pertanian
Baca juga: Intani-GSI canangkan Desa Digital di Yogyakarta dan Jateng
Baca juga: Petani Purworejo jual hasil tani melalui jaringan digital
Kepala Departemen untuk Pengembangan Pedesaan dan Inovasi Digital Kementerian Pangan dan Agrikultur Jerman, Klaus Heider menyebutkan keempat langkah tersebut tidak hanya berlaku untuk di Jerman tapi juga bisa diterapkan di seluruh dunia untuk menciptakan keamanan pangan.
"Pertama, pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan untuk infrastruktur digital sangat diperlukan. Infrastruktur adalah aspek yang teramat penting terutama untuk pertanian yang terletak di daerah pedesaan," kata Klaus dalam acara diskusi T20 bertajuk "Digitalization in agriculture: A G20 Policy Framework for an Equitable and Environmentally Sustainable Transition", Kamis.
Tentunya keberadaan akses internet dan infrastruktur komunikasi lainnya menjadi penting agar teknologi yang digunakan nantinya bisa berjalan dengan maksimal.
Tanpa infrastruktur serta akses komunikasi yang memadai, maka teknologi yang disiapkan untuk pengembangan agrikultur nantinya tidak bisa berfungsi dengan optimal.
Selanjutnya, Klaus menekankan terkait pengaturan regulasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran data antar pemangku kepentingan.
Dalam Presidensi G20 Indonesia, pembahasan mengenai arus data lintas negara menjadi salah satu bahasan yang dijadikan prioritas dalam Digital Economy Working Group (DEWG) 20.
Jerman yang juga dalam forum internasional saat ini dipercaya memegang posisi Presidensi G7 menekankan hal serupa.
Klaus berpendapat data dalam agrikultur dapat bermanfaat untuk mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan para petani di lapangan.
Misalnya data kondisi hasil tani berdasarkan musim hingga kondisi tanah yang dibagi oleh para petani kepada industri pembuat perangkat pertanian tentunya akan bermanfaat jika produk yang ditawarkan kepada petani sesuai dengan kebutuhannya.
Poin ketiga yang penting menurut Klaus adalah data yang dihadirkan nantinya harus bersifat "open data" serta memiliki format universal yang bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja.
"Di masa depan 'open data' adalah keharusan. Tujuan menyediakan 'open data' pun memungkinkan ada banyak inovasi baru tersedia serta memperkuat transparansi juga mendukung tindakan politik yang tepat. Syaratnya adalah data yang disediakan harus terbaca oleh mesin secara universal," kata Klaus.
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah teknologi yang dikembangkan untuk agrikultur harus mengedepankan keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Hal itu berkaca pada kondisi industri di masa lalu yang kurang mempedulikan kondisi jangka panjang lingkungan.
Tentunya hal ini akan berbeda di era digitalisasi mengingat kecanggihan kecerdasan buatan, pengelolaan data yang sesuai kebutuhan dan kondisi saat ini diperhitungkan.
Keberlanjutan dan kondisi lingkungan berada di tangan para pengembang inovasi yang diharapkan juga bisa berbagi pengetahuannya kepada masyarakat sehingga teknologi yang dihadirkan dalam agrikultur tidak hanya baik untuk bisnis tapi juga untuk keseimbangan alam.
"Jelas bahwa digitalisasi tidak akan dapat menyelesaikan semua masalah di bidang pertanian, tetapi merupakan alat yang dapat memberikan kontribusi penting menjawab dan menjadi solusi banyak tantangan Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan peluang yang ditawarkan sambil meminimalkan risiko yang terkait dengan pengembangan teknologi," tutup Klaus.
Baca juga: Digitalisasi agrikultur disebut kunci tingkatkan pembangunan pertanian
Baca juga: Intani-GSI canangkan Desa Digital di Yogyakarta dan Jateng
Baca juga: Petani Purworejo jual hasil tani melalui jaringan digital
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022
Tags: